Makna al-Gaffār, al-‘Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad [PAIBP Kelas 6 Kurikulum Merdeka Bab II Allah Swt. Maha Segalanya]
Sekolahmuonline.com - Makna al-Gaffār, al-‘Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad [PAIBP Kelas 6 Kurikulum Merdeka Bab II Allah Swt. Maha Segalanya]. Para pembaca Sekolahmuonline dimanapun Anda berada, selamat datang kembali di website Sekolahmuonline. Kali ini kami akan menyajikan pembahasan tentang Asmaul Husna untuk adik-adik kelas VI SD/MI, yang dalam hal ini khusus membahas empat Asmaul Husna yaitu al-Gaffār, al-‘Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad.
Al-Gaffār, Al-‘Afuw, Al-Wāḥid, dan Al-Ṣamad
Asmaul Husna artinya nama-nama yang baik dan indah, yaitu nama-nama yang dimiliki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Asmaulhusna sudah dipelajari sejak siswa kelas 1 SD/MI. Bahkan di tingkat PAUD dan TK pun banyak dari mereka sudah mulai dikenalkan dengan menghafal Asmaul Husna.
Di kelas 6 semester pertama ini kalian akan kembali mempelajari 4 Asmaulhusna yaitu al-Gaffār, al-‘Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad.
1. Al-Gaffār
Al-Gaffār berasal dari kata gafara yang artinya menutup. Dalam bahasa Arab, kata dasar gafara dapat membentuk menjadi kata yang sangat beragam seperti istigfār (permohonan ampunan), magirah (ampunan), gufrān (ampunan), gāir (yang mengampuni), gafūr (pengampun), gufrah (alat penutup), gafīr (yang menutupi).
Dialah Allah Swt. yang menutup dosa-dosa hamba-Nya. Menurut Imam al-Gazali, Allah menutup dosa-dosa manusia dengan keindahan dan menyembunyikan semua keburukan yang dilakukan oleh manusia. Al-Gaffār ini dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneladanan al-Gaffār dalam kehidupan sehari-hari tidaklah mudah, apalagi saat ini zaman kecanggihan teknologi informasi. Berita baik dan buruk mudah tersebar kepada pribadi maupun kepada orang banyak. Namun demikian, Kalian harus berusaha untuk bisa meneladani al-Gaffār dalam kehidupan sehari-hari walaupun sedikit demi sedikit.
Meneladan al-Gaffār dengan cara membiasakan untuk belajar menutupi aib orang lain. Menutupi aib orang lain maksudnya, apabila kalian mengetahui kesalahan, keburukan, atau dosa yang dilakukan orang lain sekecil apapun baik langsung atau dari orang lain, tidak boleh membukanya atau menceritakannya kembali kepada orang lain agar tidak menyebar dan diketahui orang banyak.
Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah menutupi aibnya di dunia dan di akhirat”. (H.R Ibnu Majah).
2. Al-‘Afuw
Al-‘Afuw salah satu nama dari 99 nama yang diperkenalkan kepada manusia oleh Allah melalui Al-Qur’an. Al-’Afuw berasal dari kata ‘afwu artinya menghapuskan, menghilangkan, atau melenyapkan. Dengan sifat al-‘Afuw-Nya, Allah Swt. menghapuskan semua dosa makhluk. Menghapus lebih kuat dari pada menutup.
Pernahkah Kalian mendengar seseorang mengatakan ‘afwan? Kata ‘afwan bisa diartikan maaf. Allah telah mengajarkan melalui asma-Nya al-‘Afuw. Dia menghapuskan, menghilangkan atau melenyapkan dosa-dosa makhluk, maka Kalian bisa meneladan al-‘Afuw dalam kehidupan sehari-hari dengan cara:
a. Memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat salah kepada kalian baik sengaja maupun tidak sengaja
b. Menghapuskan dan melenyapkan semua kesalahan orang dari hati agar tidak diungkit kembali selamanya
c. Tidak memelihara rasa dendam dalam hati
Memaafkan dengan cara menghapuskan semua kesalahan orang lain memang tidak mudah. Namun, Kalian tetap harus berusaha sekuat hati agar Allah Swt. memberikan maaf-Nya kepada Kalian. Dalam Q.S. Al-Nisā 149, Allah Swt. menjelaskan ;
Artinya:
Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. (Q.S Al-Nisā : 149)
Untuk mendapat ampunan atas kesalahan kepada Allah lebih mudah dari pada mendapatkan maaf atas kesalahan kepada sesama manusia. Allah Swt. tidak akan menerima taubat seseorang sebelum orang yang dianiaya atau disakitinya memaafkan. Oleh sebab itu, dalam hubungan kita dengan sesama manusia harus senantiasa berhati-hati baik pikiran, ucapan, dan perbuatan jangan sampai terjebak dengan perbuatan dosa, khususnya dosa sū’uẓan akibat terlalu cepat menerima dan menyebarkan berita bohong (hoax).
Kalian hidup di zaman canggihnya teknologi informasi, setiap detik berbagai berita berseliweran di berbagai media terutama media sosial. Apabila Kalian menerima informasi atau berita tidak baik, hendaknya menelusuri sumber beritanya untuk mendapat penjelasan (tabayyun) yang sebenarnya, sehingga terhindar dari perbuatan itnah.
3. Al-Wāḥid
Al-Wāḥid artinya tunggal. Al-Wāḥid adalah zat Tunggal, sendiri, dan tanpa ada yang lain. Allah tidak punya sekutu dan tandingan. Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman.
Artinya:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang satu, tiada tuhan selain Dia,Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ”. (Q.S. al-Baqarah 163)
Tahukah Kalian ciri orang yang mengimani kemahaesaan atau kemahatunggalan Allah? Penciri orang yang mengimani kemahaesaan atau kemahatunggalan Allah di antaranya adalah :
a. Selalu mengucapkan Lailahaillallah
b. Selalu melaksanakan salat wajib
c. Hanya berdoa dan meminta kepada Allah
d. Menghindari perbuatan dan ucapan yang mendekati kemusyrikan
e. Fokus kepada satu tujuan yang ingin dicapai
4. Al-Ṣamad
Apakah kalian hafal surah al-Ikhlas? Karena di dalam surah al-Ikhlas tersebut pada ayat ke-2 Allah Swt. menyebutkan kata al-Ṣamad.
Artinya:
Allah tempat meminta segala sesuatu.
Al-Ṣamad artinya tempat meminta dan tempat menggantungkan harapan. Yang meminta dan menggantungan keinginan kepada Allah bukan hanya manusia tetapi semua makhluk yang diciptakan-Nya. Setiap makhluk menyampaikan permintaan keingingan dan menggantungkan dirinya kepada Allah dengan cara yang berbeda. Hewan dengan cara bahasa hewan, tumbuhan dengan caranya yang berbeda, begitu pun benda cair dan padat tentu dengan caranya pula, termasuk cara manusia dengan cara manusia.
Manusia memiliki tata cara tersendiri dalam meminta dan menggantungkan keinginannya kepada Allah Swt. yakni cara-cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Walaupun manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding dengan makhluk lainnya. Namun, tetap tidak berdaya tanpa bergantung kepada Allah.
Allah Swt dengan sifat-Nya mengajarkan bahwa kita sangat membutuhkan Dia (Allah) semata. Oleh sebab itu, jadilah Kalian pribadi al-Ṣamad dengan cara sebagai berikut:
a. Beribadah kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh
b. Bermohon hanya kepada Allah Swt. untuk mencapai cita-cita terbaik.
Demikian postingan Sekolahmuonline yang menyajikan materi PAIBP Kelas 6 Kurikulum Merdeka Bab II Allah Swt. Maha Segalanya khususnya pembahasan tentang Makna al-Gaffār, al-‘Afuw, al-Wāḥid, dan al-Ṣamad. Semoga bermanfaat.
Baca juga: