Rangkuman PPKn Kelas 12 Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika ~ sekolahmuonline.com

Rangkuman PPKn Kelas 12 Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika ~ sekolahmuonline.com. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini Sekolahmuonline sajikan rangkuman atau ringkasan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII yang menggunakan Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar). Pada postingan ini Sekolahmuonline akan sajikan rangkuman PPKn kelas 12 Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika.
Rangkuman atau ringkasan PPKn Kelas 12 Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika
Rangkuman atau ringkasan PPKn Kelas XII Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika

Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) kelas XII SMA/SMK/MA Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar) terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:
• Bagian 1 Pancasila
• Bagian 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika
• Bagian 4 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Rangkuman PPKn Kelas XII SMA/SMK/MA Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) kelas XII SMA/SMK/MA Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar) Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika terdiri dari 4 (empat) unit, yaitu:
• Unit 1 Menjadi Warga Dunia
• Unit 2 Kolaborasi dan Kerja Sama Lintas Budaya
• Unit 3 Kampanye Keragaman Budaya
• Unit 4 Menjadi Duta Perdamaian

Nah, berikut ini Rangkuman PPKn kelas 12 Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika yang Sekolahmuonline sajikan per unit. Silakan dibaca dan dipelajari. Semoga membantu memudahkan Anda dalam mengingat kembali materi yang sudah diberikan oleh Bapak/Ibu Guru. 

Rangkuman Unit 1 Menjadi Warga Dunia

a. Jati diri yang melekat pada diri kita hakikatnya adalah identitas ganda atau multiple identities, tidak tunggal. Ada banyak identitas yang melekat pada diri kita. Karenanya, pada diri kita, ada “mereka.”

b. Dunia yang semakin terhubung memudahkan siapa pun untuk saling berbagi informasi serta mempromosikan apa pun: produk, kebudayaan, serta tata nilai yang dimiliki bangsanya.

c. Karena sudah menjadi bagian dari desa dunia (global village), persaingan atau kompetisi adalah keniscayaan. Kompetensi serta kemampuan untuk bersaing menjadi kenyataan yang tak terbantahkan. Kesiapan untuk menghadapi situasi ini mutlak dibutuhkan, salah satu caranya dengan meningkatkan kompetensi serta kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki.

Rangkuman Unit 2 Kolaborasi dan Kerja Sama Lintas Budaya

• Penghormatan terhadap kebudayaan bangsa lain adalah sikap adiluhung yang penting untuk ditunjukkan siapa pun. Menghormati kebudayaan lain berarti mengakui bahwa pada masing-masing tradisi, ada nilai yang diyakini dan menjadi pedoman hidup serta norma penduduknya.

• Menghormati dan penerimaan (respect and recognition) adalah prasyarat untuk hidup bersama. Betapa pun ada perbedaan di antara elemen-elemen yang tumbuh di satu ruang, tetapi hal tersebut tidak lantas menjadi alasan untuk menafikan satu dengan yang lainnya.

• Dalam situasi apa pun, terutama pada konteks masyarakat global yang sedemikian plural, dialog harus menjadi pokok dari aktivitas promosi dan kolaborasi antarbudaya. Dialog menjadi jembatan penghubung bagi elemen yang berbeda. Promosi dari kolaborasi hanya mungkin dilakukan jika respek dan rekognisi disambungkan dengan dialog.

• Swidler dan Mojzes mengajukan prinsip yang mereka sebut sebagai dialog mendalam atau deep-dialogue.(Swidler dan Mojzes: 2000, 156). Artinya, apa yang menjadi dasar dari fakta kepelbagaian haruslah dikelola dengan menggunakan manajemen “dialog yang mendalam”. Proses yang berkesinambungan menjadi karakter dari dialog atau biasa juga dikenal dengan the continuum principle.

• Ada empat Level/tahapan dialog:
1. Destructive Dialogue
Pada kampung dunia, pada awalnya, masing-masing peradaban tidak bergerak ke mana-mana. Mereka ada di tempatnya masing-masing. Semua elemen itu terpolarisasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada perjumpaan antarkelompok, bahkan terkesan saling berhadap-hadapan, karenanya belum ada dialog dalam posisi tersebut. Inilah yang disebut sebagai "destructive dialogue”.
2. Disinterested Dialogue
Setelah melewati fase destructive dialogue, ada satu tahap dialog yang disebut sebagai ”disinterested dialogue”. Semua elemen sudah tidak lagi saling memusuhi. Mereka berupaya sekeras mungkin menerapkan prinsip toleransi satu dengan yang lain. Meski begitu mereka masih tetap memiliki kemutlakannya masing-masing. Hanya sekadar mengakui bahwa yang lain ada.
3. Dialogical Dialogue
Level berikutnya adalah “dialogical dialogue”. Berbeda dengan dua level awal, tahapan ini ditandai dengan kemauan dari masing-masing pihak untuk tidak hanya mengakui eksistensi yang lain, tetapi juga belajar dari yang berbeda. Hanya saja, kemauan untuk belajar tersebut tetap tidak membuat cara pandang mereka tentang yang lain berubah.
4. Deep-dialogue
Tahap keempat adalah “deep-dialogue”. Masa ini sudah tidak lagi sekadar memahami, mentoleransi, dan belajar dari peradaban yang berlainan, tetapi juga melakukan transformasi dari tiap-tiap perbedaan itu.

• Prasyarat dialog adalah semua partisipan yang ada di dalamnya harus dalam posisi setara. Tidak boleh ada yang mengaku lebih tinggi dari partisipan lainnya. Semuanya ada dalam posisi yang sama serta memiliki hak yang juga sepadan dengan lainnya.

• Dialog adalah cara lain dari kolaborasi. Tanpa dialog, kolaborasi lintas budaya menjadi sulit dilakukan. Setelah proses kolaborasi itu dilakukan, promosi bisa ditunjukkan dengan berbagai cara. 

Rangkuman Unit 3 Kampanye Keragaman Budaya

• Ada dua pilihan yang bisa diambil ketika kita hidup di desa global yang ditandai oleh berbagai keanekaragaman agama, etnis, budaya, bahasa, tradisi, dan lainnya. Pilihan pertama adalah negasi, sementara yang kedua adalah sinergi.
Menegasikan atau menafikan yang lain adalah jalan yang diambil oleh sebuah kelompok jika dirasakan bahwa kehadiran “yang lain” berpotensi merusak atau menggerogoti nilai atau budaya kelompoknya. Kelompok ini memilih untuk tidak melakukan interaksi dengan yang lain, dengan meyakini bahwa mereka bisa bertahan dengan kemampuan yang dimilikinya.
Cara berikutnya adalah sinergi atau membangun kerja sama. Pilihan ini dianggap realistis, karena pada dasarnya satu kelompok dengan kelompok lain saling terhubung.
Relasi kesalingan seperti ini tidak dapat dihindari dalam sebuah dunia yang terhubung. Karenanya, daripada menegasikan satu dengan lainnya, memilih untuk membangun sinergi dirasakan lebih realistis.

• Untuk mempromosikan segala bentuk keragaman yang dimiliki, sebuah kelompok atau negara dalam cakupan yang lebih luas, tidak bisa mengisolasi diri. Tidak bijak pula rasanya kalau sebuah negara menegasi kehadiran negara-negara lainnya. Era yang sekarang kita hadapi adalah era kolaborasi, sinergi sekaligus meniscayakan kompetisi di dalamnya.

• Pilihan untuk membangun sinergi, mengharuskan kita untuk mendialogkan antara apa yang kita miliki dengan kebudayaan di luar kita. Sumber daya kebudayaan yang kita miliki sudah saatnya kita angkat, promosikan, dan kenalkan ke dunia internasional. Pada saat yang sama, kita juga dituntut untuk mampu menghargai dan menerima keragaman budaya bangsa lain. Mempromosikan kearifan lokal di satu sisi dan di sisi lain mengenali budaya global.

• Sebagai anak negeri, kebanggaan terhadap apa yang kita miliki mutlak diperlukan. Salah satu cara yang diambil untuk menunjukkan hal tersebut adalah mendahulukan produk lokal sebagai prioritas untuk digunakan.

• Indonesia memiliki segudang tradisi dan kebudayaan yang masih belum dikenal oleh dunia. Padahal tradisi dan kebudayaan tersebut telah lama hidup dan tumbuh subur dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki Indonesia mulai dari seni tari, seni musik, seni rupa, pakaian adat, rumah adat, kuliner, dan sebagainya.

• Sebagai generasi penerus bangsa kita harus mampu mempromosikan tradisi dan budaya yang kita memiliki, sehingga dunia akan semakin mengenal kekayaan tradisi dan budaya nusantara. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mempromosikan tradisi dan budaya Indonesia adalah dengan menunjukkan warisan kuliner yang dimiliki bangsa ini. Warisan kuliner yang dimiliki Indonesia tentu berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, kalian dapat menunjukkan kekhasan kuliner daerah kalian masing-masing.

Rangkuman Unit 4 Menjadi Duta Perdamaian

• Problem keberagaman, di mana pun, selalu menyisakan tantangan yang tak ringan, yakni potensi konflik di antara kelompok yang ada di dalamnya. Di negeri multikultur, seperti Indonesia, memang tidak mudah mengelola kemajemukan. Masyarakat multi-etnis, multi-budaya, dan multi-agama adalah tantangan sekaligus modal untuk membangun masyarakat politik yang unifikatif. Negara yang didasarkan atas satu model identitas
dengan sendirinya akan memarginalkan kelompok lain dan tak jarang memproduksi kekerasan. (Bertrand, 2004: 223).

• Konflik berarti percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Konflik sebagai perselisihan terjadi akibat adanya perbedaan, persinggungan, dan pergerakan. Ketika berpikir tentang konflik, akan tertuju pada bayangan rasa sakit, penderitaan, dan kematian yang muncul sebagai dampak dari kekerasan atau peperangan. (Francis, 2006: 1).
Konflik senantiasa melekat dalam setiap masyarakat, tetapi makna konflik tersebut bergantung dari tingkat intensitasnya. (Nurhadiantomo, 2004: 29).

• Level Konflik:
Bentuk konflik yang paling ringan adalah perbedaan pendapat yang jika dikelola dengan baik justru akan bermanfaat. Level berikutnya dari konflik adalah unjuk rasa atau demonstrasi tanpa kekerasan. Seperti halnya perbedaan pendapat, di negara demokrasi, demonstrasi adalah saluran untuk menyuarakan pendapat yang bisa dibenarkan. Meningkat pada level berikutnya, konflik tercermin dalam tindakan kerusuhan yang diwarnai dengan kekerasan fisik. Di sini, intensitas konflik mulai meninggi. Sementara itu, intensitas
konflik yang paling tinggi adalah peperangan bersenjata.

• Fenomena diskriminasi, pelabelan negatif maupun perundungan ada kalanya bersifat spontan, tetapi tak jarang juga memendam persoalan yang kompleks.
Jika masalah kita ilustrasikan sebagai pohon, kita bisa mengenali apa yang menjadi akar dan dampak dari masalah. Kita bisa menyebutnya sebagai pohon masalah. Ini merupakan upaya kita secara sederhana untuk memahami sekaligus menjelaskan mana yang menjadi akar penyebab, inti masalah, dan mana yang merupakan dampak dari masalah tersebut.

• Problem diskriminasi bisa berasal dari banyak aspek. Ia bisa terjadi karena masalah regulasi, penegakan hukum, aparat yang tidak tegas, dan lainnya. Sisi ini bisa kita pahami sebagai problem struktural. Masalah juga kerap muncul dari level masyarakat itu sendiri, karena belum munculnya kesediaan untuk hidup bersama, ada kesenjangan ekonomi, dan lain sebagainya. 

Demikian postingan Sekolahmuonline yang menyajikan Rangkuman PPKn Kelas 12 Kurikulum Merdeka Bagian 3 Bhinneka Tunggal Ika. Semoga bermanfaat. Membantu memudahkan seluruh rakyat Indonesia dalam mengakses pendidikan dari mana saja, dimana saja, dan kapan saja. Silakan baca-baca postingan Sekolahmuonline yang lainnya.

Rangkuman PPKn Kelas 12 Kurikulum Merdeka Semua Bab/Bagian

Lengkap rangkuman atau ringkasan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) untuk SMA/SMK/MA Kelas XII yang menggunakan Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar) semua Bab/Bagian:
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga