Lengkap Soal PAIBP Kelas 11 Bab 1. Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek [Kurikulum Merdeka] ~ sekolahmuonline.com

Lengkap Soal PAIBP Kelas 11 Bab 1. Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek [Kurikulum Merdeka] ~ sekolahmuonline.com. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini Sekolahmuonline sajikan secara lengkap khusus soal essay Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) kelas XI SMA/SMK Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar/Kurikulum Paradigma Baru). Pada kesempatan ini Sekolahmuonline akan membahas secara lengkap soal-soal PAIBP Kelas 11 Bab 1 Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek. 
Lengkap Soal PAIBP Kelas XI Bab 1. Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek [Kurikulum Merdeka]
Lengkap Soal PAIBP Kelas 11 Bab 1. Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek [Kurikulum Merdeka]

Sebelumnya Sekolahmuonline sudah menyajikan rangkuman dan contoh soal pilihan ganda Bab ini. Bagi pembaca Sekolahmuonline yang membutuhkannya, silakan baca postingan Sekolahmuonline yang berjudul:

Lengkap Soal Essay PAIBP Kelas XI Bab 1. Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek

Untuk memudahkan navigasi soal-soal di bawah ini, berikut ini Sekolahmuonline sediakan daftar isi soal yang ada. Jika soal ingin dibaca semuanya silakan, jika cukup pada yang Anda butuhkan maka silakan lihat daftar isi postingan Sekolahmuonline berikut ini [Pada daftar isi silakan Klik: SHOW, tinggal Klik/pencet judul yang Anda butuhkan, maka akan diarahkan ke soal yang dituju]:

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar! 

1. Sebutkan dalil Al-Quran dan Al-Hadits yang memerintahkan agar kita bijak terhadap informasi [membiasakan menyaring informasi]! 

Jawaban:
Dalil dari Al-Quran dan Al-Hadits yang memerintahkan agar kita bijak terhadap informasi [membiasakan menyaring informasi]:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Q.S. az-Zumar/39: 18 :
الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللُّٰه وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ 

Artinya:
"(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat [Ulul Albab] (Q.S.az-Zumar/39: 18)

Penjelasan Ayat:
Ayat ini mengandung penjelaskan, yakni:
(1) Ciri ulil albab, yaitu orang yang gemar mengumpulkan beragam informasi, tetapi berusaha memilah dan memilihnya yang terbaik dan paling membawa maslahat/kebaikan.
(2) Berisi informasi tentang ketuhanan, ajaran akhlak-moral, prinsip hidup dari berbagai sumber.
(3) Selalu melakukan tabayyun atau konfirmasi.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللِّٰ صَلَّى اللُّٰ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
  [رواه مسلم]
 
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam Bersabda: “Cukuplah seseorang disebut pendusta orang yang mengatakan (membicarakan) semua yang ia dengar” (HR. Muslim).

Penjelasan Hadits:
Jika seseorang mendapatkan berita, lalu diungkapkan seluruh informasinya tanpa landasan syariah yang benar, maka Rasulullah Saw. menyebutnya sebagai pendusta. Hal ini, karena siapa saja yang mendengar berita, tanpa adanya seleksi, maka sama saja berdusta.
Hadis ini, memberi pelajaran penting, agar membiasakan menyaring informasi. Jika mempunyai berita dan ilmu, semestinya disampaikan kepada pihak lain, namun harus tetap mengikuti prinsip-prinsip yang sudah digariskan oleh Allah Swt. 

2. Jelaskan pentingnya melakukan tabayyun atau konfirmasi! 

Jawaban:
Tabayyun itu sangat penting, karena segala sesuatu yang diucapkan,
dengar, dan disampaikan, harus dipertanggungjawabkan di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal ini sejalan dengan Q.S al-Isrā’/17: 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
 
Artinya:
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya (Q.S. al-Isrā’/17: 36)

Bukan hanya itu, tabayyun juga dapat menjauhkan dari prasangka buruk, fitnah dan ghibah. Sebagai makhluk sosial, manusia banyak melakukan interaksi. Menjadi sangat indah, jika interkasi tersebut, yang diserap hanya informasi secara baik. Ini penting sekali, karena saat ini arus informasi yang masuk semakin deras. Jangan ditelan bulat-bulat seluruh informasi yang diterima, tetapi harus ada proses seleksi, karena informasi menjadi sarana paling efektif memengaruhi pola pikir seseorang.

Pola pikir inilah yang membentuk tingkah laku. Jika informasi yang diserapnya tidak baik, maka besar kemungkinan perilaku yang muncul akan buruk. Sebaliknya, bila informasi yang diserapnya sarat dengan kebaikan, maka sikap dan perilaku orang tersebut akan baik. Sebab itu, patut sekali bila di tengah derasnya informasi, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diberi kemampuan untuk tetap konsisten dalam kebaikan, agar keimanan terjaga dari segala distorsi.

3. Tulislah teks Al-Quran surat Ali ‘Imrān/3: 190-191 lengkap dengan terjemahannya! 

Jawaban:
Teks Al-Quran Surat Ali ‘Imrān/3: 190-191 lengkap dengan terjemahan atau artinya:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ﴿١٩٠﴾

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴿١٩١﴾

Artinya:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal (Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190).
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (Q.S. Ali ‘Imrān/3: 191)

4. Jelaskan Asbabun Nuzul dari Al-Quran surat Ali ‘Imrān/3: 190-191! 

Jawaban:
Diriwayatkan dari Aisyah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ya Aisyah saya malam ini ingin beribadah kepada Allah.” Dijawab oleh Aisyah, “Sungguh saya senang berada di sampingmu, saya tidak keberatan. Maka bangunlah Rasulullah, mengambil air wudhu, lalu shalat yang lama sekali. Beliau menangis sampai membasahi pakaiannya, disebabkan sangat dalamnya merenungkan isi kandungan Al-Qur’an yang dibaca. Hal itu dilakukan berkali-kali, sampai menjelang adzan shubuh, dan saat Bilal hadir, masih melihat kondisi Nabi yang menangis. Lalu Bilal bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa Anda masih menangis. Bukankah Allah Swt. sudah mengampuni semua dosa engkau, baik terdahulu maupun yang akan datang,” lalu dijawab oleh Nabi: “Tidak pantaskah saya ini menjadi hamba Allah yang bersyukur, apalagi di malam ini Allah menurunkan ayat yang alangkah ruginya, jika dibaca ayat ini, namun tidak dihayati makna dan isi kandungannya.” Ayatayat tersebut adalah termasuk Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191.

5. Jelaskan isi kandungan Al-Quran surat Ali ‘Imrān/3: 190-191! 

Jawaban:
Isi kandungan Al-Quran surat Ali ‘Imrān/3: 190-191:
Memahami ayat Al-Qur’an, tidak cukup hanya berdasar terjemah saja, tetapi harus berlandaskan kepada buku tafsir yang mu’tabar (otoritatif).
Berikut ini, kandungan isi Q.S. Ali Imrān/3: 190-191:
• Begitu banyak tanda-tanda kebesaran Allah Swt. yang dibentangkan di langit dan bumi, termasuk pada diri manusia, semua itu harus dijadikan sebagai sarana berpikir bagi umat manusia, khususnya orang beriman, agar dapat mengambil manfaat, faedah, dan hikmah dari keberadaan alam semesta.
• Penciptaan alam semesta, meliputi silih bergantinya siang dan malam, pusaran angin, keteraturan lintasan benda-benda langit, dan bumi dengan segala isinya, semua itu jangan hanya dijadikan sebagai peristiwa biasa, tanpa hikmah dan tujuan, tetapi harus dipikirkan, diteliti, dan dieksplorasi, sehingga keberadannya semakin terbuka dan dapat diambil sisi positif dan negatifnya melalui akal pikiran serta akal budi yang dimiliki oleh setiap orang;
• Semua manfaat, faedah, dan hikmah dari beragam peristiwa yang tersebar di alam semesta tersebut, hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki akal pikiran yang sehat serta akal budi yang dikenal dengan istilah ulil albab atau ulul albab;
• Ulil Albab adalah orang yang memiliki akal pikiran yang lurus, nurani yang bersih, serta menjadi hamba Allah Swt. yang mengisi setiap waktunya untuk memikirkan segala penciptaan dan peristiwa di alam raya ini, sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa semua ini membawa manfaat, tidak ada yang sia-sia, akhirnya hidupnya semakin dekat (taqarrub) kepada Allah Swt.; 
• Tanda lain Ulil Albab adalah mereka yang dalam kondisi apapun (duduk, berdiri, dan berbaring) yang artinya juga saat mampu, kaya, atau terpuruk, kondisi riang gembira, atau sedih, semua itu tidak menghalangi untuk mengambil maslahat dari segala ciptaan Allah Swt. baik untuk diri sendiri, lingkungan yang mengitarinya, maupun masyarakat secara luas;
• Ulil Albab juga melakukan pemikiran kritis, utuh, obyektif, dan seimbang terhadap segala problema yang muncul, sehingga buah pemikirannya memberi banyak manfaat, jauh dari kebencian dan sengketa, apalagi kecancuan dan kebimbangan, akhirnya memunculkan kedamaian, kesejukan, serta solusi terbaik bagi semuanya;
• Setiap orang beriman sangat dituntut, agar penggunaan akal pikiran dan akal budinya, menghasilkan kesadaran diri bahwa semua penciptaan itu bersumber dari Allah. Selanjutnya, mengajak diri dan orang lain, agar semakin dekat (taqarrub) kepada Allah Swt. Melalui pendekatan tersebut, keselamatan dan kesuksesan dunia akhirat dapat diraih, akhirnya terhindar dari kesengsaraan, kegagalan dan kehinaan;
• Seperti peran dari ulil albab, Ayat ini mengajak juga agar di setiap komunitas dan masyarakat, bahkan dalam lingkup yang lebih luas, ada kelompok orang yang berperan sebagai pemikir dan penengah dari problema yang muncul, sehingga terhindar dari hoax, berita bohong, dan informasi yang tidak benar.

6. Tulislah satu saja hadits tentang berpikir kritis dan jelaskan isi kandungannya! 

Jawaban:
A. Hadits tentang Berpikir Kritis dan isi kandungannya:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَاللُّٰ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُاللِّٰ صَلَّى اللُّٰ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ اللِّٰه وَلَا تَفَكَّرُوا فِي ذَاتِ اللِّٰه فَتَهْلِكُوْا
[رواه ابو الشيخ]
 
Artinya:
Dari Abi Dzar r.a. Nabi Saw. bersabda: “Pikirkanlah mengenai segala sesuatu (yang diciptakan Allah), tetapi janganlah kalian memikirkan tentang Dzat Allah, karena kalian akan rusak/binasa” (H.R. Abu Syeikh).

B. Isi Kandungan Hadis:
• Isi Hadis tersebut membimbing kepada kita agar selalu berpikir kritis atau berpikir positif (positive thinking), yakni memikirkan tentang ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maksudnya, kita digalakkan untuk berpikir, meneliti dan mengkaji segala hal yang terkait dengan makhluk ciptaan-Nya, tetapi dilarang memikirkan Dzat-Nya. Akal pikiran tidak akan sampai jika kita memikirkan Dzat Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena keterbatasan akal manusia.
• Terlarang memikirkan Dzat Allah Swt. itu disebabkan: jika dipikir Dzat Allah, pasti akal dan segala potensi yang dimiliki manusia tidak mampu mencapainya. Sebagaimana Rasulullah Saw. menuntun kita dalam menggunakan akal dan kalbu yang dipikirkan hanya makhluk-Nya saja, agar tidak sesat pikir, yang akhirnya menjadi sesat jalan.
• Harus menjadi kesadaran bersama, bahwa berilmu, yang awalnya dimulai dari proses berpikir, obyeknya hanya di seputar makhluk dan alam semesta, termasuk dirinya sendiri. Jangan sampai melampaui kapasitas akal, yakni berpikir tentang Dzat Allah Subhanhu wa Ta'ala.
• Berpikir itu ada batasnya, tidak sebebas-bebasnya. Ada batas yang tidak boleh dilalui dan harus berhenti, karena jika tidak, manusia sendiri yang mengalami kebingungan dan kekacauan dalam hidupnya. Ini tentu tidak dikehendaki, karena penggunaan akal pikiran dan akal budi, bermuara kepada semakin dekatnya kepada Allah Subhanhu wa Ta'ala, bukan malah menjauh dari-Nya.

7. Jelaskan keterkaitan antara fikr, 'ilm, dhann, syakk, dan wahm! 

Jawaban:
Berpikir terambil dari bahasa Arab, yakni الفكر, berarti kekuatan yang menembus suatu obyek, sehingga menghasilkan pengetahuan. Jika pengetahuan itu didukung bukti-bukti kuat, dinamakan علم/’ilm (Q.S. atTakātsur/102: 3-5). Jika buktinya belum meyakinkan, namun kebenarannya lebih dominan, disebut ظن (dhann/dugaan)/Q.S. al-Hujurāt/49: 12. Selanjutnya, jika kemungkinan benar dan salahnya seimbang disebut شك (syakk/keraguan). Sementara jika tidak didukung bukti, atau bukti tersebut lemah, sehingga kemungkinan salahnya lebih besar disebut وهم (wahm).

8. Apa hubungan antara berpikir dan kemuliaan manusia? 

Jawaban:
Berpikir menjadi ciri khas manusia. Disebabkan kemampuan berpikir, manusia menjadi makhluk yang dimuliakan Allah Swt. sebagaimana Q.S. al-Isrā’/17: 70 sebagai berikut:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً

Artinya:
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (Q.S. al-Isrā’/17: 70)

Peran sebagai khalifah, diamanahkan kepada manusia, karena faktor berpikir juga. Karena, kemampuan berpikirlah, akan diserap, didapat dan ditemukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah/2: 30 menggambarkan dialog antara Malaikat, Adam, dan Allah Swt. tentang terpilihnya manusia menjadi khalifah di muka bumi, dikarenakan unggulnya ilmu yang dimiliki Adam.

Menarik untuk merenungkan dialog tersebut bahwa segala seuatu itu sebelum diputuskan, harus ada dialog dan musyawarah terlebih dahulu. Lalu diputuskan mana argumen dan pemikiran yang paling matang dan unggul untuk dipakai sebagai sebuah keputusan. Itu artinya Islam sangat menekankan adanya berpikir kritis, silakan menyodorkan argumen yang sahih, dan proses dialog yang bijak, sehingga hasilnya membawa kebaikan untuk semua

Banyak ditemukan ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang pengetahuan yang bersumber pada akal pikiran atau rasio. Perintah untuk menggunakan akal dengan berbagai macam bentuk kalimat dan ungkapan merupakan suatu indikasi yang jelas untuk hal ini. Tetapi, tidak sedikit paparan ayatayat yang mengungkap tentang pengetahuan yang bersumber pada intuisi (hati atau perasaan) terdalam.

Menata ulang cara berpikir, mendayagunakan akal, dan menimbangnimbang sebuah problematika untuk mencari solusi dan menemukan kebenaran, menjadi hal yang niscaya. Itulah sebabnya, Islam menekankan agar akal pikiran harus dijaga betul, jangan sampai diperlemah, baik berasal dari faktor internal maupun eksternal, misalnya tidak mendayagunakan, karena faktor kemalasan; minim ikhtiar, apalagi mengkonsumsi minuman keras, narkoba atau zat adiktif lainnya.

9. Jelaskan hubungan Ilmu, Amal, dan Iman! 

Jawaban:
Harus dipahami, bahwa ilmu itu yang pertama, setelah itu baru amal. Dokter harus berilmu dulu, sebelum praktik mengobati pasien. Ilmu yang benar melahirkan keselamatan. Ilmu yang salah, menjadi penyebab kegagalan, kehinaan, bahkan kehancuran. Berdasarkan Q.S. al-Hajj/22: 54 Allah Swt. menjelaskan, ‘’Ilmu itu harus dipandu oleh iman, agar jika terjadi keraguan dan kebimbangan, segera kembali kepada sistem keimanan. Sebab, kebenaran itu jelas dan nampak nyata, sebaliknya keburukan juga nyata dan semestinya dihindari.

Itu artinya, ilmu seiring dan sejalan dengan iman, dan dari iman,muncul ketundukan hati dan kepasrahan. Hal ini, sejalan dengan Q.S. Muhammad/47: 19 yang menjelaskan dengan nada perintah, ‘’fa’lam” yang berarti ketahulilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan, melainkan Allah, dan mintalah ampun bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin. Perhatikan kata ‘’fa’lam’’ didahulukan atas perintah beriman dan beramal.

Imam al-Bukhari dalam Hadisnya meletakkan bab yang berjudul ‘’Bābul ‘ilmi qablal qauli wal amal’’ (Bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan). Para ulama melihat ilmu sebagai syarat sahnya perkataan dan perbuatan. Banyak sekali orang ikhlas, tetapi karena kurangnya ilmu, mereka sering menganggap yang salah jadi benar, dan yang benar jadi salah, atau yang sunnah jadi bid’ah dan yang bid’ah jadi sunnah. 

10. Tulislah Q.S. ar-Rahmān/55: 33 lengkap dengan terjemahannya! Apa Asbabun Nuzul ayat tersebut? 

Jawaban:
Q.S. ar-Rahmān/55: 33 dan terjemahan/artinya:

 يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰن

Artinya:
"Wahai golongan jin dan manusia! Jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kalian tidak akan mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan (dari Allah) (Q.S. arRahmān/55: 33).

Tidak ada sebab khusus (sababun nuzul) tentang turunnya ayat ini, tetapi secara umum, seperti yang dipaparkan M. Quraish Shihab (Pakar Tafsir Indonesia) dalam karyanya berjudul Tafsir Al Mishbah, Surat ini diturunkan, karena tanggapan negatif kaum musyrik Makkah saat mereka diperintah untuk sujud kepada Allah yang ar-Rahmān.

Hal ini sejalan dengan Q.S. al-Furqān/25: 60 yang artinya adalah: Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Sujudlah kepada ar-Rahman,“ mereka menjawab: “Siapakah ar-Rahman itu?” Jika riwayat ini diterima, maka semakin jelas dan tepat jika Surat ini dinamai dengan nama yang populer tersebut.

11. Jelaskan isi kandungan Q.S. ar-Rahmān/55 ayat 33! 

Jawaban:
Isi kandungan Q.S. ar-Rahmān/55 ayat 33 yaitu:
• Allah Swt. mengancam kepada jin dan manusia, bahwa kelak di akhirat mereka tidak bisa mengelak akan pertanggung jawaban dari semua nikmat yang sudah diberikan. Meskipun mereka berusaha lari ke segala penjuru langit dan bumi, Sementara langit dan bumi serta alam semesta ini dimiliki dan berada dalam kekuasaan Allah Swt. Jika tidak percaya, silakan menembus dan melintasi ke semua penjuru alam raya ini, pasti mereka tidak mampu melakukan.
• Jika saat ini muncul kelompok manusia yang mampu melintasi beberapa planet di angkasa dengan kekuatan dan ilmu yang didapat, itu hanya seberapa, tidak sebanding dengan luasnya alam semesta, dan harus diingat agar menjadi kesadaran bersama, bahwa kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus
semakin menumbuhkan kesadaran keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Itu artinya, semakin luas dan dalamnya ilmu yang dimiliki, hidupnya harus semakin dekat kepada-Nya, bahwa semuanya merupakan nikmat yang pasti akan diminta pertanggung jawaban.
• Didahulukan penyebutan jin baru manusia, karena jin lebih memiliki kemampuan menembus luar angkasa, begitu juga perannya di bumi, meski lebih terbatas (Q.S. Jin/72: 9). Sebaliknya, saat Allah Swt. memberi tantangan untuk membuat semisal Al-Qur’an (Q.S al-Isrā’: 88), penyebutan manusia lebih didahulukan dibanding jin. Hal ini disebabkan kemampuan manusia lebih tinggi dibanding jin, apalagi yang paling
ingkar menolak Al-Qur’an adalah jenis manusia.
• Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai isyarat ilmiah bahwa kekuatan dan penguasaan ilmu menjadi hal yang mutlak dimiliki, jika ingin menjadi umat, golongan atau kelompok yang sukses merengkuh dunia, apalagi akhirat, dan Islam sangat menekankan tentang ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Seperi yang kita dapati sekarang ini, bahwa peradaban maju, pasti berbasis kepada ilmu, termasuk negara-negara maju, disebabkan kemampuan dan kemajuan di bidang ipteknya.
• Harus dipahami bahwa majunya sebuah negara (sebut saja Singapura, Korea, Jepang, termasuk beberapa negara Eropa dan Amerika) disebabkan besarnya investasi pada kualitas manusia (sering disebut SDM), termasuk keberhasilan menjelajahi ruang angkasa. Itu semua membutuhkan dana yang tidak sedikit, termasuk kerjasama di pelbagai disiplin ilmu, bahkan antar negara, misalnya ilmu astronomi, teknik, matematika, seni, geologi dan lain-lain.

12. Terjemahkan hadits di bawah ini dan jelaskan isi kandungannya!

سَمِعْتُ عَبْدَ اللِّٰه بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللِّٰه صَلَّى اللُّٰه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: إِنَّ اللَّٰه لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا
[رواه مسلم]

Jawaban:
Hadis tentang Berpikir Kritis dan Isi kandungannya:

سَمِعْتُ عَبْدَ اللِّٰه بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللِّٰه صَلَّى اللُّٰه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: إِنَّ اللَّٰه لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا
[رواه مسلم]

Artinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin ‘Ash r.a. : “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya, Allah tidak mencabut ilmu dengan melenyapkannya dari dada manusia, tetapi dengan mewafatkan ulama, sehingga setelah tidak ada seorang pun ulama, mereka manusia mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin. Mereka ditanya, tetapi mereka (pemimpin-pemimpin yang bodoh itu) memberikan petunjuk tanpa ilmu, kemudian tersesatlah mereka, dan menyesatkan orang lain pula.” (HR. Muslim).

Isi Kandungan Hadis:
1. Hadis ini membicarakan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan yang terkumpul dalam diri pada ulama. Menjadi ulama bukan hal mudah, seperti terlihat dari kisah para ulama saat menuntut ilmu, misalnya Imam al-Ghazali, Imam al-Bukhari, Imam an-Nawawi, dan Buya Hamka setelah mencurahkan segala tenaga, pikiran, waktu dan menghadapi pelbagai cobaan dan rintangan dalam menutut ilmu. Mereka semua menjadi ulama yang produktif dalam berkarya, sehingga karyakarya mereka menginspirasi dan dapat dibaca, diteliti dan ditelusuri isi kandungannya, sehingga generasi saat ini, bahkan generasi mendatang masih dapat mengambil manfaatnya.
2. Rentang sejarah para ulama dari satu generasi ke generasi selanjutnya, baik dari buah karyanya maupun kisah (biografi) hidupnya, masih dapat diambil menjadi teladan, contoh, dan pelajaran tentang bagaimana cara mereka mencari ilmu dengan sungguh-sungguh, penuh keikhlasan dan kesabaran, olah batin yang dijalani, sehingga ilmu para ulama dapat memberi manfaat sampai saat ini.
3. Sekarang ini, kita rasakan semakin sedikit ulama akibat diwafatkan oleh Allah Swt. Sehingga kita kehilangan ilmu yang dimiliki sang ulama, dan berpengaruh terhadap kehidupan kita. Hal ini terbukti saat ini kita semakin susah menemukan teladan yang dapat dicontoh, akibatnya problematika dunia saat ini semakin banyak dan susah dicari solusinya.
4. Wafatnya para ulama berpengaruh juga kepada tokoh-tokoh yang muncul di seputar kehidupan kita, sosoknya kelihatan lebih pintar, hebat dan meyakinkan, namun jika ditelaah secara mendalam dari sudut pandang kebenaran, tenyata menipu dan membodohi kita. Itulah pentingnya kita harus pandai-pandai memilih guru, sehingga ilmu yang didapat dapat membentengi kita dari jalan yang keliru dan menyesatkan.
5. Coba amati dengan seksama, kehidupan di sekeliling kita, ada tokoh masyarakat, bahkan agamawan yang terkenal, sangat populer bagi sebagian masyarakat dengan nasihat dan gaya panggungnya sangat meyakinkan, tetapi tidak lama kemudian ditangkap polisi, karena melanggar aturan hukum yang berlaku. Misalnya, mengaku sebagai ‘nabi’ akhir zaman (nabi palsu); berbuat asusila yang disembunyikan, padahal di antara mereka itu, banyak juga pengikutnya.
6. Rajin, cinta, dan semangat kepada ilmu itu mutlak, tetapi penting sekali melakukan seleksi ilmu dan guru, agar terhindar dari hal-hal yang tidak 
diinginkan, akibat kebodohan (minim ilmu) diri, atau dibodohi pihak lain, namun tanpa sadar, bahwa kita sebenarnya sedang ditipu, baik di bidang duniawi, dan lebih parah lagi, jika itu berurusan dengan masalah ukhrawi.

13. Karakter apa sajakah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menelaah materi Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Q.S. al-Rahmān/55: 33, serta Hadis tentang berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi? 

Jawaban:
Setelah menelaah materi Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Q.S. al-Rahmān/55: 33, serta Hadis tentang berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, diharapkan peserta didik dapat membiasakan karakter dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut.
A. Butir Sikap: Terbiasa menyaring dan menyeleksi informasi yang diterima, sehingga masyarakat menjadi sehat sekaligus tidak terjadi kegaduhan karena termakan berita palsu (hoax).

Nilai Karakter: Religius, tanggung jawab, peduli lingkungan

B. Butir Sikap: Menjadi kelompok ulil albab, yaitu orang yang gemar mendengarkan pembicaraan, mencari sebanyak mungkin informasi, tetapi berusaha memilah dan memilih informasi tersebut, dan hanya mengambil yang paling baik dan bermanfaat. 

Nilai Karakter: Religius, tanggung jawab, peduli lingkungan

C. Butir Sikap: Banyak tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dibentangkan di langit dan bumi, termasuk pada diri manusia, semua itu harus dijadikan sebagai sarana berpikir bagi umat manusia, khususnya orang beriman, agar dapat mengambil manfaat, faedah, dan hikmah dari keberadaan alam semesta

Nilai Karakter: Religius, tanggung jawab

D. Butir Sikap: Menyadarkan kepada setiap diri, bahwa semakin luas dan dalamnya ilmu yang dimiliki, hidupnya harus semakin dekat kepada Allah Swt., dan semuanya merupakan nikmat yang pasti akan diminta pertanggung jawaban. 

Nilai Karakter: Religius, tanggung jawab

E. Butir Sikap: Rajin belajar dengan cara selalu membaca secara berulang-ulang, sehingga isi bacaan itu menjadi satu kepribadian yang utuh bagi dirinya sekaligus memberi manfaat bagi pihak lain

Nilai Karakter: Tanggung jawab, peduli lingkungan

Demikian postingan Sekolahmuonline yang menyajikan Soal Essay PAIBP Kelas XI Bab 1 Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek Lengkap dengan Kunci Jawaban atau Pembahasannya. Semoga bermanfaat. Silakan baca-baca postingan Sekolahmuonline yang lainnya.

Lengkap Soal PAIBP Kelas XI Kurikulum Merdeka

Lengkap semua bab contoh soal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka beserta kunci jawabannya lihat pada judul-judul postingan di bawah ini:

Lengkap Rangkuman PAIBP Kelas XI Kurikulum Merdeka

Lengkap Rangkuman atau Ringkasan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka semua Bab lihat pada judul-judul psotingan di bawah ini:
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga