Sebutkan dan Jelaskan Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina! [Soal PAIBP Kelas 10 Bab 6 Menjauhi Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina untuk Melindungi Harkat dan Martabat Manusia] ~ sekolahmuonline.com

Sebutkan dan Jelaskan Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina! [Soal PAIBP Kelas 10 Bab 6 Menjauhi Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina untuk Melindungi Harkat dan Martabat Manusia] ~ sekolahmuonline.com. Pembaca Sekolahmuonline, pada postingan sebelumnya Sekolahmuonline sudah menyajikan contoh soal yang membahas tentang Pengertian Zina dan Hukum Perbuatan Zina. Kali ini kita akan membahas tentang Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina.
Sebutkan dan Jelaskan Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina
Hukuman apa yang diberikan kepada pelaku zina? Apakah sama hukumannya antara pelaku zina yang sudah menikah dengan yang belum menikah? Seperti apa hukuman zina dalam syariat Islam? Seperti apa juga hukuman perbuatan zina dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)? 

Semua pertanyaan tersebut akan Anda temukan jawabannya di bawah ini. Silakan dibaca dan dipahami dengan baik. Semoga bermanfaat. 

Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina

Hukuman bagi pelaku perbuatan zina, terbagi menjadi dua macam, tergantung pada status atau keadaan pelakunya.

Apakah pelaku perbuatan zina itu sudah berkeluarga (zina muhsan) atau belum berkeluarga (ghairu muhsan), maka akan membedakan jenis hukuman yang diberlakukan kepadanya. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori tersebut. 

a) Hukuman untuk perbuatan zina muhsan

Zina muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sama-sama sudah menikah.

Hukuman untuk pelaku zina muhsan adalah:
1) Hukuman dera atau dicambuk sebanyak 100 kali
2) Hukuman rajam yaitu hukuman mati dengan cara dilempari batu atau sejenisnya. (Rajam: badan ditanam sampai dada, disisakan dada ke atas kepala kemudian dilempari batu, dengan batu yang tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar)

Kedua hukuman di atas berdasarkan keumuman ayat 2 surat An Nur, dan perbuatan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Atau cukup dirajam, tanpa didera, dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu dan Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu.

b) Hukuman untuk perbuatan zina ghairu muhsan

Zina ghairu muhsan adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki yang belum menikah.

Adapun hukuman untuk pelaku zina ghairu muhsan adalah:
1) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah gadis dan perjaka maka hukumannya adalah dera atau cambuk 100 kali dan diasingkan dari wilayah tempat tinggalnya.
2) Apabila pelaku zina ghairu muhsan adalah janda dan duda, maka hukumannya adalah dera 100 kali dan hukum rajam hingga meninggal dunia (ini sebenarnya masuk kategori zina muhsan karena sudah pernah menikah)

c) Hukuman Perbuatan Zina dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Dalam pasal 284 KUHP, pelaku perbuatan zina dapat diancam dengan hukuman 9 (sembilan) bulan penjara.

KUHP menganggap bahwa hubungan badan antara laki-laki dan perempuan di luar perkawinan adalah zina. Namun tidak semua perbuatan zina dapat dihukum.

Perbuatan zina yang dapat dihukum adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sudah menikah.

Tuntutan terhadap pelaku sendiri hanya dapat dilakukan oleh salah satu pasangan dari pelaku perbuatan zina tersebut, atau yang merasa tercemar akibat perbuatan tersebut.

Syarat-syarat Ditegakkannya Hukuman bagi Pelaku Zina

Dalam ketentuan Islam, hukuman bagi para pelaku zina baru dapat diterapkan apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan zina dengan beberapa kriteria berikut ini:
1. Perzinaan dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah dan disengaja
2. Pelakunya adalah mukalaf.
Bila seorang anak kecil atau orang yang tidak berakal (gila) melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, maka tidak dapat dituntut dalam pelanggaran perbuatan zina secara syar’i.
3. Dilakukan secara sadar tanpa paksaan, artinya kedua belah pihak saling menghendaki, bukan karena paksaan, karena jika salah satu pihak merasa terpaksa, maka dia bukanlah pelaku melainkan korban. Dalam hal ini pelaku tetap dikenakan hukuman had, sedangkan korban tidak dikenakan hukuman.
4. Terdapat bukti-bukti telah terjadi perzinaan. Setidaknya ada tiga alat untuk pembuktian perbuatan zina, yaitu:
a) Saksi; para ulama bersepakat bahwa zina tidak dapat dibuktikan kecuali adanya 4 (empat) orang saksi. Menurut ijtima’ ulama, saksi dalam tindak pidana zina haruslah berjumlah 4 (empat) orang laki-laki, beragama Islam, balig, berakal sehat, hifzun (mampu mengingat), dapat berbicara, bisa melihat dan adil. Apabila ada satu saksi perempuan, maka perempuan tersebut harus dua orang sehingga dapat dikatakan saksi.
Dengan kata lain, satu orang saksi laki-laki dapat digantikan dengan dua orang saksi perempuan.
b) Pengakuan; menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i satu kali pengakuan saja sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman. Sedangkan Imam Abu Hanifah beserta pengikutnya berpendapat bahwa hukuman zina baru bisa diterapkan setelah adanya 4 (empat) kali pengakuan yang dikemukakan satu persatu di tempat yang berbeda-beda.
c) Adanya qarinah; (indikasi) kehamilan. Seorang perempuan wajib dijatuhi hukuman had jika perempuan yang hamil tersebut tidak memiliki suami.

Demikian postingan Sekolahmuonline yang membahas tentang Hukuman bagi Pelaku Perbuatan Zina. Semoga bermanfaat. Silakan baca-baca postingan Sekolahmuonline yang lainnya.

Baca Juga Soal Pilihan Ganda dan Essay lengkap:
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga