Soal Essay PAIBP Kelas 10 Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya ~ sekolahmuonline.com

Soal Essay PAIBP Kelas 10 Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya ~ sekolahmuonline.com. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini kami sajikan untuk Anda khususnya adik-adik yang kini berada di kelas 10 SMA/SMK soal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas X.
Soal Essay PAIBP Kelas 10 Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya lengkap dengan kunci jawabannya
Pada postingan kali ini Sekolahmuonline khusu menyajikan contoh essay PAIBP Kelas 10 Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya lengkap dengan kunci jawaban atau pembahasannya.

Sebelumnya Sekolahmuonline sudah menyajikan contoh soal bab ini dalam bentuk pilihan ganda dan essay. Bagi pembaca yang terlewatkan dapat membuka postingan Sekolahmuonline yang berjudul:

Soal Essay PAIBP Kelas X Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya

Nah, berhubung kali ini khusus hanya soal essay atau uraian, maka kami buatkan soal dan pembahasannya secara lengkap. Cocok digunakan untuk belajar secara mandiri, gratis, tidak dipungut biaya sepeser pun. Asal dapat terhubung dengan internet, Anda dapat belajar sepuasnya di sini.

Okay, berikut ini soal essay PAIBP Kelas XI Bab 7 Hakikat Mencintai Allah Swt., Khauf, Raja’, dan Tawakal Kepada-Nya lengkap dengan jawabannya. Selamat belajar.

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat! 

1. Jelaskan hakikat mencintai Allah Swt.! 

Jawaban:
Cinta adalah perasaan yang suci dan lembut berupa rasa kasih sayang. Perasaan cinta ditandai dengan rasa rindu kepada yang dicintai. Tingkatan cinta tertinggi dan hakiki adalah cinta kepada Allah Swt.
Cinta kepada Allah Swt. (mahabbatullah) berarti menempatkan Allah Swt. dalam hati sanubari.
Cinta merupakan unsur terpenting dalam ibadah, di samping khauf (takut) dan raja’ (berharap). Ketiganya menjadi perasaan hati yang harus dimiliki setiap mukmin dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt.
Cinta seseorang kepada Allah tumbuh dari pengaruh akal dan jiwa yang kuat akibat berpikir mendalam terhadap kekuasaan-Nya di langit dan bumi.
Cinta ini akan semakin menggelora dengan merenungkan ayat-ayat Al-Qur`an dan membiasakan diri berzikir dengan nama dan sifat-sifat Allah Swt.
Seseorang tidak akan memperoleh kesempurnaan iman tanpa mengenal keagungan Allah Swt., merasakan kebaikan dan ketulusan Allah, dan mengakui nikmat-nikmat-Nya. 

2. Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda cinta kepada Allah Swt.! 

Jawaban:
Tanda-tanda cinta kepada Allah Swt. adalah sebagai berikut:
a) Mencintai Rasulullah Saw.
Di antara tanda seseorang mencintai Allah Swt. adalah adanya rasa cinta kepada rasul-Nya. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3: 31:
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran/3: 31)

Ayat di atas dipertegas lagi dengan sebuah hadis nabi berikut ini:
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Demi dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintai daripada orang tuanya dan anaknya”. (HR. Bukhari).

b) Mencintai Al-Qur`an
Seseorang yang cinta kepada Allah Swt. dan rasul-Nya pasti akan cinta kepada Al-Qur`an. Dengan demikian ia akan selalu membaca dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. melalui malaikat Jibril a.s. Sehingga kecintaan kepada Al-Qur`an akan menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah Saw. sebagai penerima wahyu Allah Swt. Mencintai Rasulullah Saw. berarti pula mencintai sunah-sunahnya.

c) Menjauhi perbuatan dosa
Rasa cinta kepada Allah Swt. akan menjadikan seseorang selalu berusaha untuk menghindari perilaku dosa dan maksiat. Mereka selalu taat kepada perintah-Nya dengan ketaatan yang murni. Perilaku dosa akan menjauhkan hamba dari Tuhannya, sedangkan ketaatan akan mendekatkan diri kepada Tuhannya. Di samping itu, seseorang yang cinta kepada Allah Swt. akan selalu memperbanyak berzikir kepada-Nya. Mereka akan selalu menyebut nama-Nya pada setiap kesempatan. Hatinya bergetar tatkala disebut nama Allah Swt., dan bertambah imannya saat melihat tanda-tanda kebesaran-Nya.

d) Mendahulukan perkara yang dicintai oleh Allah Swt.
Apapun yang dicintai oleh Allah Swt. akan lebih diutamakan oleh seseorang yang mencintai Allah Swt. Mereka tidak mempedulikan lagi kepentingan dan urusan pribadi atau pun keinginannya. Cintanya kepada Allah Swt. mewujudkan pengorbanan yang mengagumkan. Keikhlasan hati orang-orang yang cinta kepada Allah Swt. berbuah amal kebaikan pada seluruh aktivitas kehidupannya. Mereka merasa ringan untuk meninggalkan semua urusan, demi melaksanakan perintah Dzat yang ia cintai.

e) Tak gentar menghadapi hinaan
Kecintaan seseorang kepada Allah Swt. akan menjadikannya semakin teguh dalam mengamalkan ajaran Islam. Ia tak menghiraukan hinaan, cemoohan dan ujaran kebencian dari orang yang benci kepadanya. Kekuatan cinta membuatnya kuat menghadapi berbagai macam hujatan. Inilah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam menghadapi kaum musyrikin. Semua hinaan yang ditujukan kepada Nabi Saw. tak menyurutkan langkah untuk tetap melanjutkan dakwah.

3. Sebutkan dan jelaskan cara-cara untuk meningkatkan cinta kepada Allah Swt.! 

Jawaban:
Ada beberapa cara untuk meningkatkan cinta kepada Allah Swt., diantaranya:
a) Memahami besarnya cinta Allah Swt. kepada hamba-Nya
Untuk meningkatkan rasa cinta kepada Allah Swt. dapat dilakukan dengan cara memahami betapa besarnya cinta Allah Swt. kepada hamba-Nya. Allah Swt. tak pernah berhenti memberikan nikmat kepada seluruh hamba-Nya. Oksigen, sinar matahari, air, tanah, dan sumber daya alam di bumi ini selalu disediakan oleh Allah Swt. bagi hamba-Nya tanpa terkecuali, baik mukmin ataupun tidak. Meskipun manusia berbuat dosa dan maksiat, tetap saja diberi nikmat-nikmat tersebut. Terlebih bagi seorang mukmin, tentu kenikmatan tersebut akan menjadikannya semakin bersyukur kepada-Nya. Hal ini merupakan bukti bahwa Allah Swt. mencintai hamba-Nya. 

b) Senantiasa membersihkan hati
Ada segumpal daging pada diri manusia, jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, sebaliknya jika ia buruk maka buruk pula seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah hati. Hati akan menjadi bersih jika diisi dengan cinta kepada Allah Swt., melakukan perintah dan menjauhi perintah-Nya. Lebih dari itu, agar hati tetap bersih maka seseorang harus membiasakan diri membaca istigfar dan bertaubat kepada Allah Swt. Karena tak ada yang tahu kapan maut akan menjemput. Dengan selalu mengingat kematian, maka manusia akan terhindar dari sifat rakus terhadap duniawi. 

c) Mempelajari ilmu agama secara mendalam
Seseorang yang memahami ilmu agama secara luas dan mendalam akan menjadikannya semakin cinta kepada Allah Swt. Dari cahaya ilmu tersebut terpancar kebesaran dan keagungan Allah Swt. Tumbuh kekaguman kepada pencipta alam semesta berserta isinya. Mereka akan merasa rendah diri di hadapan Allah Swt., lunturlah sifat sombong dan merasa hebat, karena menyadari betapa lemahnya manusia.

[Soal ini diproduksi oleh sekolahmuonline.com dengan merujuk Buku PAIBP Kelas X SMA/SMK Kurikulum Merdeka]

4. Jelaskan hakikat takut (Khauf) kepada Allah Swt.!

Jawaban:
Rasa takut merupakan sifat orang bertaqwa, sekaligus merupakan bukti iman kepada Allah Swt. Rasa takut ini akan semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan tentang Rabb-nya. Secara tegas, Allah Swt. memerintahkan orang beriman agar takut kepada-Nya.

Ada beberapa lafaz yang maknanya berdekatan dengan al-khaufu, diantaranya adalah ar-rahbah, al-huznu, dan al-khasyyah.

Al-khaufu artinya rasa takut, sedih dan gelisah ketika terjadi sesuatu yang tidak disenangi.
Al-huznu adalah rasa sedih dan gelisah yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang bermanfaat atau mendapatkan musibah.
Ar-rahbu merupakan padanan kata (sinonim) dari kata al-khaufu.
Sedangkan al-khasyatu adalah rasa takut yang diiringi dengan pengagungan atas sesuatu yang ditakuti tersebut. 

Kata khauf secara etimologis berarti khawatir, takut, atau tidak merasa aman. Takut kepada Allah Swt. merupakan bukti seorang hamba mengenalNya. Rasa takut tersebut akan semakin bertambah seiring bertambahnya pengetahuan hamba terhadap Rabb-nya. 

5. Jelaskan pandangan Imam al-Ghazali mengenai takut kepada Allah Swt.! 

Jawaban:
Menurut Imam al-Ghazali, takut kepada Allah Swt. dapat berupa rasa takut tidak diterimanya taubat, takut tidak mampu istikamah dalam beramal saleh, takut akan mengikuti hawa nafsu, takut tertipu oleh gemerlap duniawi, takut terperosok dalam jurang maksiat, takut atas siksa kubur, takut terjebak pada kesibukan yang melalaikan dari Allah Swt., takut menjadi sombong karena memperoleh nikmat dari Allah Swt., takut mendapatkan siksaan di dunia dan takut tidak mendapatkan nikmat surga. Adanya sifat khauf ini akan menjadi benteng penahan agar manusia tetap rendah hati dan tidak takabbur.

6. Sebutkan dan jelaskan tanda-tanda takut kepada Allah Swt.! 

Jawaban:
Menurut Abu Laits as-Samarqandi, seseorang yang takut kepada Allah Swt. akan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
a) Tampak dari ketaatannya kepada Allah Swt.
Ciri utama seorang hamba yang taat dapat diketahui dari tingkat ketaqwaannya kepada Allah Swt., yakni kepatuhan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan ini dilandasi oleh keimanan pada diri seorang hamba. Bagi seorang mukmin, pengabdian kepada Allah Swt. dapat terwujud dengan taat kepada-Nya.

b) Menjaga lisan dari perkataan dusta
Manusia adalah mahkluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia. Berbicara dengan lisan merupakan unsur utama dari seluruh interaksi sosial tersebut. Karenanya, lisan harus terjaga dari ucapan kotor yang menyakitkan lawan bicara. Bagi seseorang yang takut kepada Allah Swt., ia akan berhati-hati dalam bertutur kata, dan memastikan perkataannya mengandung nilai manfaat.

c) Menghindari iri dan dengki
Sifat iri dan dengki muncul akibat tidak adanya rasa syukur pada diri seseorang. Padahal Allah Swt. telah mencukupi semua kebutuhan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Untuk menumbuhkan rasa syukur ini dapat dilakukan dengan selalu menerima kenyataan dengan ikhlas dan melihat sisi positif dari setiap peristiwa hidup. Tidak mungkin Allah Swt. menghendaki keburukan pada diri hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh.

d) Menjaga pandangan dari kemaksiatan
Seseorang yang takut kepada Allah Swt. akan menjaga padangan dari segala kemaksiatan, termasuk memandang lawan jenis dengan pandangan yang diliputi oleh hawa nafsu. Menjaga pandangan bukan berarti memejamkan mata atau menundukkan kepala ke bawah, tapi mengendalikan hawa nafsu.

e) Menjauhi makanan haram
Banyak sekali makanan dan minuman halal yang telah disediakan oleh Allah Swt. untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Atas dasar ini, tentu sangat memprihatikan kalau ada manusia yang mengkonsumsi makanan dan minuman haram. Di era digital seperti saat ini, muncul berbagai macam menu makanan kekinian yang menggoda selera ditampilkan di internet. Terbukanya akses makanan dan minuman dari berbagai belahan dunia mengharuskan muslim berhati-hati dalam memilih yang halal dan sehat.

f) Menjaga kaki dan kedua tangan dari sesuatu yang haram
Tangan dan kaki akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Seorang muslim akan menggunakan keduanya untuk kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Lebih dari itu mereka akan menjaga muslim lainnya agar tidak terganggu oleh lisan dan tangannya. Mereka bertindak dengan penuh hati-hati agar terjaga hubungan baik dengan sesama muslim dan mendapat rahmat dari Allah Swt.

[Soal ini diproduksi oleh sekolahmuonline.com dengan merujuk Buku PAIBP Kelas X SMA/SMK Kurikulum Merdeka]

7. Jelaskan pengertian Raja' (berharap) kepada Allah Swt.! 

Jawaban:
Secara etimologis, raja’ berarti mengharap sesuatu atau tidak putus asa, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. al-‘Ankabut/29: 5 berikut ini.

مَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ اللِّٰهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللِّٰ لَاٰتٍ ۗوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Artinya: “Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. al-‘Ankabut/29: 5

Menurut istilah, raja’ berarti berharap untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah Swt.

Sifat raja’ ini harus disertai optimis, perasaan gembira, sikap percaya dan yakin akan kebaikan Allah Swt. Lebih dari itu sifat raja’ harus dibarengi dengan amal-amal saleh untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Seseorang yang berharap kepada Allah Swt. tanpa diikuti dengan amal, maka ia hanya berangan-angan belaka.

Kebalikan dari sifat raja’ adalah putus asa dari rahmat Allah Swt. Seseorang yang putus asa atas rahmat Allah Swt. dikategorikan sebagai orang sesat, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Hijr/15:

قَالُوْا بَشَّرْنٰكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْقٰنِطِيْنَ - قَالَ وَمَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبِّهٖٓ اِلَّا الضَّاۤلُّوْنَ
 
Artinya: “(Mereka) menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa.” Dia (Ibrahim) berkata, “Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.” (Q.S. al-Hijr/15: 55-56)

8. Jelaskan cara menumbuhkan sifat Raja’! 

Jawaban:
Sifat raja’ akan tumbuh pada diri seseorang dengan melakukan hal-hal berikut ini:
a) Muhasabah atas nikmat-nikmat Allah Swt.
Muhasabah atas nikmat-nikmat Allah Swt. berarti mawas diri atas apa yang telah diperbuat sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt. Tak ada manusia yang sanggup menghitung nikmat Allah Swt. Sifat raja’ akan muncul pada diri seseorang yang hatinya dipenuhi rasa syukur kepada Allah Swt.

b) Mempelajari dan memahami Al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan kalamullah yang syarat dengan ilmu. Di dalamnya terkandung hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang ingin mengambilnya. Setiap ayat dan surat Al-Qur`an berisi pesan-pesan moral dari Allah Swt. kepada seluruh umat manusia. Dengan mempelajari dan memahaminya secara mendalam maka akan tumbuh sifat raja’.
c) Meyakini kesempurnaan karunia Allah Swt.
Sifat raja’ akan tumbuh pada diri seseorang apabila ia meyakini bahwa Allah Swt. telah memberikan karunia sempurna kepadanya. Allah Swt. telah memberikan rejeki yang cukup bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Tak ada satupun makhluk di dunia ini yang sia-sia, pasti bermanfaat bagi kehidupan manusia.

9. Sebutkan dan jelaskan manfaat sifat Raja’!

Jawaban:
Seseorang yang memiliki sifat raja’ akan memperoleh banyak manfaat, diantaranya adalah:
a) Semangat dalam ketaatan kepada Allah Swt.
Manusia akan selalu dijerumuskan oleh
setan ke jalan sesat. Setan akan mencegah seseorang yang berniat untuk berbuat baik.
Apabila ia mampu melawan bisikan setan dan berhasil melakukan amal kebaikan, maka setan akan berusaha menghembuskan sifat riya’ dan takabbur ke dalam hatinya. Allah Swt. akan menurunkan rahmat-Nya kepada seseorang yang taat kepada-Nya.

b) Tenang dalam menghadapi kesulitan
Hidup di dunia ini penuh dengan ujian dan cobaan. Semakin tinggi ilmu dan iman maka semakin berat pula cobaan yang diterima. Allah Swt. hendak memberikan pahala bagi hamba-Nya yang sedang diuji tersebut. Bagi seorang mukmin, kesulitan dihadapi dengan sabar dan harapan kepada Allah Swt. Dan ketika menerima nikmat, ia bersyukur kepada Allah Swt.

c) Merasa nikmat dalam beribadah kepada Allah Swt.
Apabila seseorang benar-benar mencintai sesuatu, maka ia akan merasa ringan dalam menghadapi kesulitan dan rintangan. Ibarat peternak lebah yang berjibaku memanen madu di sarang lebah, ia tak menghiraukan ancaman sengatan lebah karena ingat manfaat dan manisnya madu. Begitu pula seseorang yang rajin beribadah, ia hanya fokus pada kenikmatan surga, bukan pada beban berat dan kesulitan ibadah tersebut.

d) Menumbuhkan sifat optimis
Harapan kepada Allah Swt. disertai ketundukan hati akan menjadikan seseorang optimis menghadapi cobaan hidup. Allah Swt. tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Semua cobaan dan ujian dari Allah Swt. pasti ada jalan penyelesaiannya. Dan rahmat Allah Swt terhampar sangat luas bagi seluruh hamba yang memohon kepada-Nya.

[Soal ini diproduksi oleh sekolahmuonline.com dengan merujuk Buku PAIBP Kelas X SMA/SMK Kurikulum Merdeka]

10. Jelaskan pengertian tawakkal! Bagaimana cara memahami agar tidak keliru dalam memahami sikap tawakal? 

Jawaban:
Secara bahasa, tawakal berarti memasrahkan, menanggungkan sesuatu, mewakilkan atau menyerahkan.

Secara istilah, tawakal artinya menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. setelah melakukan usaha sekuat tenaga.

Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang mewakilkan atau menyerahkan hasil usahanya kepada Allah Swt. Sifat Ini merupakan bentuk kepasrahan kepada-Nya sebagai dzat yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada rasa sedih dan kecewa atas keputusan yang diberikan-Nya.

Sebagian orang keliru dalam memahami sikap tawakal. Mereka pasrah secara total kepada Allah Swt., tanpa ada ikhtiar terlebih dahulu. Mereka berpikir tak perlu bekerja, jika dikehendaki oleh Allah Swt. menjadi kaya maka pasti akan kaya. Mereka tak mau belajar, jika Allah Swt. menghendaki menjadi pintar maka pasti pintar, demikian seterusnya. Inilah sikap keliru yang harus ditinggalkan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Artinya: “Dari Umar r.a. berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘Seandainya kamu sekalian benar-benar tawakal kepada Allah niscaya Allah akan memberi rejeki kepadamu sebagaimana Ia memberi rejeki kepada burung, di mana burung itu keluar pada waktu pagi dengan perut kosong (lapar)dan pada waktu sore ia kembali dengan perut kenyang.” (HR. Turmudzi).

Tawakal bukan berarti menyerahkan nasib kepada Allah Swt. secara mutlak. Akan tetapi harus didahului dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh.

Dikisahkan, ada sahabat Nabi Saw. datang menemui beliau tanpa terlebih dahulu mengikat untanya. Saat ditanya, sahabat tersebut menjawab: ’Aku tawakal kepada Allah Swt.”. Kemudian Nabi Saw. meluruskan kesalahan dalam memahami makna tawakal tersebut dengan bersabda”: ’Ikatlah terlebih dahulu untamu, kemudian setelah itu bertawakallah kepada Allah Swt.”

11. Sebutkan dan jelaskan manfaat tawakal!

Jawaban:
Banyak manfaat yang akan diperoleh dari penerapan sikap tawakal dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:
a) Tercukupinya semua keperluan
Seseorang yang bertawakal kepada Allah Swt. akan mendapatkan jaminan tercukupinya semua kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. atTalaq/65: 3:

Artinya: “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”. (Q.S. at-Talaq/65: 3)

b) Mudah untuk bangkit dari keterpurukan
Setiap orang pasti pernah merasakan suatu kegagalan. Usaha maksimal sudah dilakukan, namun tidak ada hasilnya. Seseorang yang tawakal dan husnuzan atas ketentuan Allah Swt. akan mudah bangkit dari kegagalan dan keterpurukan tersebut. Sesulit apapun masalah yang dihadapi, ia akan sabar dan optimis mampu menyelesaikannya dengan baik.

c) Tidak bisa dikuasai oleh setan
Seseorang yang bertawakal tidak bisa dikuasai oleh setan. Sebab, setan tidak punya kemampuan menggoda orang-orang yang dekat dengan Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. an-Nahl/16: 99

اِنَّهٗ لَيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ 

Artinya: “Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.” (Q.S. an-Nahl/16: 99)

d) Memperoleh nikmat yang tiada henti
Allah Swt. akan memberikan nikmat yang terus-menerus mengalir tiada henti kepada hamba-Nya yang ikhtiar tanpa mengeluh, dan selalu berharap mendapatkan yang terbaik. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal”. (Q.S. asy-Syura/42: 36)

e) Menghargai hasil usaha
Seseorang yang bertawakal akan menerima apa pun hasil akhir dari usahanya. Hatinya tetap gembira dan penuh rasa syukur atas semua karunia dari Allah Swt. Ia akan terus-menerus berusaha maksimal untuk meraih impiannya. Usaha yang telah dilakukan tersebut dijadikan bahan renungan untuk terus diperbaiki di masa datang. Jika hasil usaha sendiri saja dihargai, maka sikap ini akan berimbas kepada sikap menghargai hasil usaha orang lain.


Lengkap Soal dan Rangkuman Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 10 SMA/SMK semua Bab silahkan baca dan pelajari pada postingan-postingan di bawah ini (Klik/Tekan/Pencet judul yang diinginkan):

Soal PAIBP Kelas X Kurikulum Merdeka dan Jawabannya:
Rangkuman PAIBP Kelas X Kurikulum Merdeka:
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga