Bacalah penggalan cerpen berikut untuk nomor 1 s.d. nomor 3.
Tatkala aku masuk sekolah Mulo, demikian fasih lidahku dalam bahasa Belanda sehingga orang yanga hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira aku anak Belanda. Aku pun beratambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini semakin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda.
“Kenang-kenangan”
oleh Abdul Gani A.K
1. Sudut pandang pengarang yang digunakan dalam penggalan tersebut adalah ....
A. Orang pertama pelaku utama
B. Orang pertama pelaku sampingan
C. Orang ketiga pelaku sampingan
D. Orang ketiga pelaku utama
E. Orang ketiga serba tahu
2. Watak tokoh “aku” dalam penggalan cerita tersebut adalah . . . .
A. percaya diri
B. adaptif
C. sombong
D. rajin berusaha
E. mudah dipengaruhi
3. Amanat dalam penggalan cerpen tersebut adalah. . . .
A. Jangan cepat menyerah pada keadaan bagaimanapun juga.
B. Jangan membuang waktu selagi masih ada waktu.
C. Sebaiknya kita menyesuaikan diri sesuai keadaan.
D. Jangan lupa diri bila menguasai bahasa orang.
E. Jangan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
4. Bacalah kutipan cerita berikut!
Anita merasa malu dan kurang percaya diri kalau berkumpul dengan teman-temannya. Tubuhnya kecil dan mengeluarkan bau tak sedap. Teman-temannya sering meledek dan menggodanya. Anita ingin penampilannya berubah. Dia ingin buktikan kepada teman-temannya bahwa ia bisa tampil bersih dan tidak kalah besar. Anita pun bangun pagi dan rajin membersihkan diri. Ia tidak malas lagi mencari makan. Berkat ejekan teman-temannya, dirinya membuang jauh-jauh sifat malasnya.
Nilai moral pada kutipan cerita tersebut adalah….
A. Dalam pergaulan harus memusnahkan sikap berkuasa
B. Dengan teman harus saling menggoda dan meledek
C. Berusaha menjadi lebih baik agar percaya diri
D. Kurang percaya diri hal biasa dalam pergaulan
E. Banyaklah makan dan sering-seringlah mandi
Bacalah penggalan cerpen berikut dengan cermat !
“Bangsat, siapa kau,”Haji Basuni membentak dan ketika menajami mukaku dengan geramnya ia hendak mencengkeram aku. Setengah takut aku mundur dan menjawab;
“Aku teman Umi dan Latifah.” Dan tiba-tiba benciku timbul terhadap haji itu.
“Tapi, aku larang kau dekati mereka, mengerti anak lapar?”
Betapa tersinggungku mendengar kata-kata terakhir haji itu. Tapi, aku tak berani dan tak bisa berbuat apa-apa selain kecut dan mendongkol.
Sesudah haji itu meninggalkan aku dan baru saja aku melangkah, dari rumah Umi terdengar suara gaduh diiringi tangis perempuan, dan itu suara Umi. Ia melolong-lolong dalam sela bentak dan rotan, mungkin bersama kakaknya.
5. Watak tokoh Haji Basumi dalam cerpen tersebut adalah. . . .
A. Keji, tetapi sangat sayang terhadap anaknya
B. Berwibawa dan tegas dalam bersikap
C. Kejam dan kasar dalam berucap
D. Bijaksana, tetapi keras dalam bertindak
E. Kejam dan sangat disiplin
6. Pendiskripsian watak dalam penggalan cerpen di atas dilakukan dengan cara. . . .
A. Tanggapan tokoh lain dan dialog antar tokoh
B. Tanggapan tokoh lalin dan lingkungan sekolah
C. Dialog antar tokoh dan pikiran-pikiran tokoh
D. Deskripsi ciri fisik dan tanggapan tokoh lain
E. Deskripsi gerak-gerik dan lingkungan tokoh
Kutipan cerpen berikut untuk soal nomor 7 dan 8.
Bacalah dengan cermat!
Pak Kepala Kanwil berkata dengan pelan dan pasti, namun cukup menusuk perasaan Setyani. Sosok pemimpin yang tegas dan kaku menurut Setyani itu berulang kali mengucapkan kata-kata mutiara yang menyebalkan. Hati Setya berletupan. “Ya, Bapak tidak mengalami sih, coba kalau istri Bapak yang harus memilih ultimatum itu. Bagaimana sikap Bapak ? Bagaimana perasaan Bapak? Memang benar sebagai pemimpin Bapak bersikap tegas, tetapi, apakah tidak ada pertimbangan lain yang bersifat lebih manusiawi. Mengapa Bapak tidak menelusur, mengapa suamimu pindah? Apa alasan pindah tugas? Bapak hanya menyapu rata. Bapak hanya mengambil bersih, mengambil permukaannya saja, tanpa mengikutsertakan perasaan. Yang ini telah dilupakan Bapak juga dalam sebagai kepala rumah tangga yang dalam kesehariannya juga dikelilingi oleh anak dan istri yang setia? Di kantor memang Bapak pemimpin yang wibawa dan tegas. Tetapi apakah salah jika mengambil keputusan dan mengeluarkan dogma, Bapak mengikutsertakan sisi lain sebagai bahan pertimbangan, yaitu nurani dan kemanusiaan misalnya. Semua permasalahan toh ada solusinya.
7. Amanat yang diungkapkan dalam penggalan cerpen tersebut adalah. . . .
A. Jadilah pemimpin yang adil dalam menjalankan tugas
B. Seorang bawahan harus dapat menerima keputusan seorang pemimpin
C. Pemimpin harus bisa memisahkan antara tugas dan kewajiban
D. Pengambilan keputusan hendaknya mempertimbangkan kemanusiaan
E. Seorang pemimpin juga berkewajiban akan keluarganya sendiri
8. Nilai moral yang terkandung dalam penggalan cerpen tersebut adalah. . . .
a. Pemimpin yang baik mengambil keputusan secara tegas dan mempertimbangkan kemanusiaan
b. Sikap tegas dan wibawa pemimpin kepada bawahannya tanpa pilih kasih atau adil
c. Kesulitan seseorang dalam mengambil keputusan yang terbaik karena mempertimbangkan keadilan
d. Kepedulian pemimpin terhadap masalah tugas dan keluarga yang kedua hal tersebut sama beratnya
e. Resiko seorang pegawai dalalm menjalankan tugas dan kewajiban sebagai anak buah
Kutipan cerpen untuk soal nomor 9 sampai dengan 11.
Bacalah dengan saksama !
(1) Agaknya budaya modern yang memusingkan otak seorang guru desa seperti saya, sudah demikian berakarnya di hati anak muda kita. (2) Dan yang lebih menakutkan, sudah mulai menjalar dan menyentuh anak desa, termasuk anak saya. (3) “Good morning , Pak Marjuki, how are you hari ini?” Tanya seseorang mengagetkanku. (4) Rasa kagetku berubah menjadi takjub, bingung dan takut.(5) Di depanku berdiri sesosok makhluk modern, mirip yang ada di sinetron televisi. (6) Aku begitu ketakutan sampai tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. (7) Ternyata sulur-sulur akan modernisasi mulai menjalar ke tempatku mengajar. (8) Damainya hutan pinus di lereng gunung yang memagari dusun kecil ini mulai terusik oleh keganasan budaya “gaul”. (9) Bahkan di depanku korban “gaul” seolah mau menerkamku. (10) Betapa tidak, Bu Guru Istikomah datang dengan tampang baru, rambutnya yang ikal panjang hitam indah, kini berubah lurus bagai sapu ijuk kena percikan cat coklat.
9. Pembuktian watak tokoh “aku” yang pencemas dalam kutipan tersebut terdapat pada kalimat nomor. . . .
A. (1),(2), dan (8)
B. (1),(4), dan (6)
C. (2),(6), dan (7)
D. (4),(6), dan (9)
E. (4),(8), dan (10)
10. Pendeskripsian watak “aku” berdasarkan kutipan cerpen tersebut melalui. . . .
A. gambaran fisik tokoh
B. ucapan tokoh lain
C. pikiran tokoh
D. dialog antartokoh
E. uraian pengarang
11. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam kutipan cerpen tersebut adalah. . . .
A. Orang pertama pelaku pertama
B. Orang ketiga pelaku utama
C. Orang pertama pelaku sampingan
D. Orang ketiga pelaku sampingan
E. Orang ketiga serba tahu
Penggalan cerpen berikut ini untuk soal nomor 12 s.d 14
Bacalah penggalan cerpen berikut!
Ceritanya hari itu tanggal 10 November, sejak pagi hujan gerimis, Bapak memasang bendera, kemudian dari teras rumah dipandanginya bendera yang mulai basah terkena hujan. Rupanya Bapak tidak rela jika benderanya basah. Oleh karena itu; kemudian dicabutnya tiang bendera yang terbuat dari bambu itu dan dipanggulnya menuju tempat yang teduh. Tak lama kemudian hujan reda, dipasangnya kembali tiang itu di halaman. Namun, ketika beberapa jam kemudian hujan turun lagi. Lantas diambilnya lagi tiang bendera itu dan dibawa ke tempat yang teduh. Hal itu terjadi sampai beberapa kali. Tentu saja melihat ulah Bapak seperti itu, Mas Toro, calon suami Mbak Nurul tertawa. Dan hal itu membuat kakakku malu.
Setelah makan siang dengan suara keras kakakku bercerita. “Ibu kenal Pak Samsuri, Pakde Mas Toro? Dia juga pejuang Angkatan ’45. Dulu katanya pernah berjuang bersama Bapak, tapi orangnya sederhana ya, Bu. Tidak pernah menunjukkan kalau dirinya mantan pejuang”
Dia terus bicara seperti penyiar radio yang tanpa meminta pendapat pendengarnya. Kami semua tahu untuk siapa cerita itu ditunjukkan dan Bapak mengerti kalau kakakku tengah menyindirnya. Dengan kalem Bapak menyahut. “ Samsuri itu tentara, tapi tidak pernah ikut berperang, tugasnya di bagian logistik. Jadi tahunya, ya, makanan saja. Bilang sama Toro, pacarmu itu, kalau pakdenya tentara yang takut sama bedil!”
Mendengar omongan Bapak seperti itu, Mbak Nurul sangat tersinggung. Akibatnya, dia tidak mau bicara dengan Bapak sampai beberapa hari.
( Benderaku, Atfi Laili Khusnawati)
12. Konflik yang terdapat dalam cuplikan cerpen tersebut adalah….
A. Perasaan marah bapak terhadap seisi rumah.
B. Mbak Nurul merasa sedih terhadap bapak
C. Ketidakrelaan bapak tinggal di rumah
D. Perasaan marah Mbak Nurul kepada bapak
E. Rasa penyesalan bapak menjadi pejuang
13. Penyebab terjadinya konflik dalan kutipan cerpen tersebut adalah….
A. Bapak tidak rela jika benderanya basah terkena air hujan
B. Mas Toro malu memiliki pakde yang takut dengan bedil
C. Bapak mengejek Pak Samsuri, pakde pacar Mbak Nurul
D. Mbak Nurul marah karena pacarnya diejek Bapak
E. Bapak adalah pejuang Angkatan ’45 yang pernah berperang
14. Peristiwa yang terjadi akibat konflik adalah…
A. Bapak tetap dengan pendiriannya, sangat mencintai bendera.
B. Mas Toro senang melihat bapak bersikap berlebihan terhadap bendera.
C. Ibu memaklumi sikapBapak yang sangat menghormati bendera.
D. Mbak Nurul sangat tersinggung mendengar perkataan Bapak.
E. Mbak Nurul tidak mau bicara dengan Bapak sampai beberapa hari.
Cermatilah kutipan cerpen berikut ini!
Tardi kembali diam. Ia benar-benar merasa bingung dengan permintaan istrinya yang dianggap tidak masuk akal, aneh, janggal. Betapa tidak, di saat orang susah mendapatkan pekerjaan, Asfina justru ingin berhenti kerja. “Apa karena pendapatan kamu tidak sesuai dengan yang kita harapkan?” Tardi kembali melontarkan pertanyaan, setelah cukup lama ia menunggu reaksi dari istrinya. Namun, Asfina tetap bergeming. Pertanyaan ini dilontarkan Tardi, lantaran istrinya pernah melontarkan kekecewaannya dengan besarnya gaji yang ia terima setiap bulan. Memang, gaji yang diterima Asfina setiap bulan nyaris pas-pasan.“Jika dihitung-hitung saya ini jadi seperti orang kerja bakti, Mas,” kata Asfina. “Kalau memang begitu, ya lebih baik kamu tidak usah kerja saja, Dik,” komentar Tardi setelah berkali-kali istrinya melontarkan kalimat yang sama, ketika itu. “Ya, bukan tidak ada hasilnya, Mas,” ujar Asfina. “Tadi kamu bilang kerja bakti. Lalu kenapa....” “Maksud saya bukan itu hasilnya.” “Lantas?” “Saya merasa senang apabila ada murid yang berprestasi. Bangga bila apa yang saya ajarkan dapat bermanfaat bagi mereka. Jadi, bukan materi yang saya peroleh, Mas. Melainkan kepuasan batin.”
15. Keterkaitan peristiwa dalam kutipan cerpen tersebut dengan kehidupan sehari-hari adalah....
A. Suami bingung dengan istri yang bekerja.
B. Istri kecewa dengan besaran gaji setiap bulan.
C. Suami melarang istri bekerja.
D. Guru senang bila muridnya berprestasi.
E. Suami peduli dengan istrinya yang ingin bekerja.
Kunci Jawaban Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 12 Bab 7 Nilai-Nilai dalam Buku Pengayaan
1. A --- 9. B
2. B --- 10. C