Satu-satunya Rizki Bukanlah Gaji!
Sekolahmuonline - Satu-satunya Rizki Bukanlah Gaji! Pembaca Sekolahmuonline, diantara enaknya jadi pegawai atau pekerja bergaji tiap bulanan adalah mendapatkan uang atau bayaran yang sudah tertentu setiap bulannya. Di sela-sela orang lain sibuk berpikir besok target terpenuhi tidak, atau yang cuma jalan sejalannya atau ala kadarnya saja, sedapatnya saja, atau bahkan ada yang tidak jelas dapatnya karena menunggu akan panen atau tidak, jika panen terus hasilnya baik apa tidak, dan seabrek permasalahan tentang pendapatan atau penghasilan yang tidak menentu, para pekerja atau pegawai bulanan tidak terlalu merisaukannya. Kenapa? Ya karena pengahsilan atau pendapatannya sudah menentu. Gajian segini dan segitu setiap bulannya. Apalagi yang sudah jadi karyawan tetap dan gajinya dirasa mantap. Tambah "merasa tenang" rasanya.
Namun, berkaitan dengan gaji, masih ada bahkan mungkin banyak terjadi kekeliruan pemahaman tentang konsep rizki para pekerja, apalagi karyawan tingkat grass root (akar rumput) atau karyawan tingkat bawah yang maaf "gajinya lebih besar pasak daripada tiang", yaitu pemahaman rizki ada pada gaji yang diperolehnya setiap bulan saja. Kalau sudah seperti itu akhirnya merasa gaji yang diperolehnya tidak pernah terasa mencukupi. Kurang dan kurang saja yang dirasa. Kenapa? Ya karena gagal paham tentang konsep rizki tersebut!
Pembaca Sekolahmuonline, sangat perlu kita tanamkan bahwa yang namanya gaji itu adalah bagian dari rizki. Gaji lebih khusus, sedang rizki cakupannya luas. Bahkan sangat luas.
Sifat dasar manusia menginginkan gajinya gede, rizkinya juga gede atau luas. Tapi dalam kenyataan kita temukan bermacam-macam jenisnya. Ada yang gajinya gede dan rizkinya gede atau luas, ada yang gajinya gede rizkinya sempit, ada yang kebalikannya yaitu gajinya kecil tapi rizkinya luas, bahkan tak ketinggalan ada juga yang gajinya kecil diikuti rizkinya pun juga kecil. Kira-kira kita ada di posisi mana? Masing-masing kita sendiri yang bisa menjawabnya. Dengan jujur tentunya.
Orang yang gajinya gede dan rizkinya juga gede atau luas, nah ini surga dunia. Apalagi yang hendak dikufuri. Apa yang tidak akan disyukuri. Kurang apa lagi? Gajinya gede. Pemasukan sampingan dari sana-sini juga gede. Diri dan keluarganya sehat semua. Katakanlah tak kurang suatu apa. Fabiayyi aalaai robbikumaa tukadzdzibaan? Nikmat Tuhanmu mana lagi yang hendak kalian dustakan?
Ada juga yang gajinya gede tapi rizkinya kecil. Gajinya puluhan bahkan ratusan juta. Tapi makan ini makan itu tidak boleh sama dokter. Kenapa? Alasan kesehatan katanya. Gajinya puluhan juta bahkan ratusan juta tapi seolah-olah tidak menikmatinya. Bolak-balik rumah sakit. Harus berobat ini berobat itu. Cicilan rupanya banyak karena harus mengcover gaya hidupnya yang tak pernah merasa puas dengan yang ini dan yang itu.
Sebaliknya dengan tipe kedua di atas, gajinya kecil tapi rizkinya luas. Gajinya di bawah UMR tapi keluarga, anak isteri semua sehat. Setiap hari makan minum juga tercukupi. Bahkan sedikit-sedikit bisa menyisihkan buat shadaqah dan tabungan. Merasa cukup dengan yang sedikit, maka yang orang anggap kecil tersebut bisa mencukupinya.
Atau bisa juga gajinya kecil, tapi rizkinya luas dari usaha sampingan yang digelutinya. Bahkan sampingannya mengalahkan gajinya per bulan berlipat-lipat kali.
Jenis terakhir yang cukup mengenaskan, gajinya kecil dan rizkinya sempit. Gaji kecilnya tak pernah mencukupinya. Selalu besar pasak daripada tiang. Kasbon di mana-mana. Hatinya sempit dan terus sakit-sakitan. Akibat apa? Akibat gagal paham tentang konsep rizki. Kesehatan yang selama ini diperoleh tak pernah dirasakannya sebagai rizki. Diri, keluarga, anak isteri yang selama ini sehat bugar tak pernah dianggap sebagai rizki pemberian Sang Maha Kuasa. Kenapa? Karena cuma fokus memikirkan gajinya yang kecil terus menerus dan tak pernah meningkat. Fokus menganggap bahwa satu-satunya rizkinya adalah gajinya. Maka Sang Pemberi Rizki pasrahkan dirinya kepada gajinya yang "dianggap" dan memang kecil secara matematika tersebut. Apalagi ketika rizki berupa kenikmatan kesehatan dicabut darinya, bertambah nestapa merasa hina dina hidup di dunia. Kenapa? Sudah jauh sampai sini, tentu anda semakin paham jawabannya.
Demikian postingan ringan ini. Hasil mendengar kajian seorang Ustadz di Youtube. Semoga bermanfaat. Menyadarkan kepada kita semua, bahwa gaji bukanlah satu-satunya rizki. Karena rizki Allah Ar-Razzaq sangatlah luas. Tinggal pandai-pandai saja kita mensikapinya.
Ada juga yang gajinya gede tapi rizkinya kecil. Gajinya puluhan bahkan ratusan juta. Tapi makan ini makan itu tidak boleh sama dokter. Kenapa? Alasan kesehatan katanya. Gajinya puluhan juta bahkan ratusan juta tapi seolah-olah tidak menikmatinya. Bolak-balik rumah sakit. Harus berobat ini berobat itu. Cicilan rupanya banyak karena harus mengcover gaya hidupnya yang tak pernah merasa puas dengan yang ini dan yang itu.
Sebaliknya dengan tipe kedua di atas, gajinya kecil tapi rizkinya luas. Gajinya di bawah UMR tapi keluarga, anak isteri semua sehat. Setiap hari makan minum juga tercukupi. Bahkan sedikit-sedikit bisa menyisihkan buat shadaqah dan tabungan. Merasa cukup dengan yang sedikit, maka yang orang anggap kecil tersebut bisa mencukupinya.
Atau bisa juga gajinya kecil, tapi rizkinya luas dari usaha sampingan yang digelutinya. Bahkan sampingannya mengalahkan gajinya per bulan berlipat-lipat kali.
Jenis terakhir yang cukup mengenaskan, gajinya kecil dan rizkinya sempit. Gaji kecilnya tak pernah mencukupinya. Selalu besar pasak daripada tiang. Kasbon di mana-mana. Hatinya sempit dan terus sakit-sakitan. Akibat apa? Akibat gagal paham tentang konsep rizki. Kesehatan yang selama ini diperoleh tak pernah dirasakannya sebagai rizki. Diri, keluarga, anak isteri yang selama ini sehat bugar tak pernah dianggap sebagai rizki pemberian Sang Maha Kuasa. Kenapa? Karena cuma fokus memikirkan gajinya yang kecil terus menerus dan tak pernah meningkat. Fokus menganggap bahwa satu-satunya rizkinya adalah gajinya. Maka Sang Pemberi Rizki pasrahkan dirinya kepada gajinya yang "dianggap" dan memang kecil secara matematika tersebut. Apalagi ketika rizki berupa kenikmatan kesehatan dicabut darinya, bertambah nestapa merasa hina dina hidup di dunia. Kenapa? Sudah jauh sampai sini, tentu anda semakin paham jawabannya.
Demikian postingan ringan ini. Hasil mendengar kajian seorang Ustadz di Youtube. Semoga bermanfaat. Menyadarkan kepada kita semua, bahwa gaji bukanlah satu-satunya rizki. Karena rizki Allah Ar-Razzaq sangatlah luas. Tinggal pandai-pandai saja kita mensikapinya.