Haruskah Niat Puasa Ramadhan Dilakukan Setiap Malam?

Sekolahmuonline - Haruskah Niat Puasa Ramadhan Dilakukan Setiap Malam? Pembaca Sekolahmuonline, setiap amal perbuatan tergantung niatnya. Dari niat akan bisa dipisahkan mana perbuatan yang dilakukan untuk ibadah dan mana yang sekedar adat atau kebiasaan sehari-hari saja. Niat bisa menjadikan praktik keseharian menjadi praktik yang bernilai ibadah. Rasa haus dan lapar yang dialami seseorang setiap hari tanpa diniatkan puasa hanya tetap bernilai kebiasaan atau adat saja.

Puasa dan amalan ibadah lainnya harus disertai dengan niat. Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى

“Setiap amal itu disertai (tergantung) niat, dan setiap orang akan memperoleh (sesuai) apa yang dia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kapan Niat Puasa Ramadhan Dilakukan?

Apakah niat untuk puasa wajib Ramadhan harus dilakukan setiap malamnya? Atau boleh berniat dengan sekali niat untuk puasa sebulan penuh?

Jawabannya adalah "ya". Niat puasa Ramadhan harus dilakukan pada setiap malam harinya. Puasa Ramadhan dan puasa wajib lainnya terbilang istimewa dibanding ibadah lain. Kalau niat ibadah lainnya berbarengan dengan awal praktik ibadahnya itu sendiri. Niat puasa Ramadhan dan puasa wajib lainnya harus dilakukan di malam hari.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Hafshah Radhiyallahu 'Anha:

وَعَنْ حَفْصَةَ أُمِّ اَلْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا, عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ اَلصِّيَامَ قَبْلَ اَلْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ )  رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَمَالَ النَّسَائِيُّ وَاَلتِّرْمِذِيُّ إِلَى تَرْجِيحِ وَقْفِهِ, وَصَحَّحَهُ مَرْفُوعًا اِبْنُ خُزَيْمَةَ وَابْنُ حِبَّانَ. وَلِلدَّارَقُطْنِيِّ: ( لَا صِيَامَ لِمَنْ لَمْ يَفْرِضْهُ مِنَ اَللَّيْلِ )

"Dari Hafshah Ummul Mukminin Radhiyallahu 'Anha, dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beliau bersabda: "Barangsiapa tidak berniat puasa pada malam harinya (sebelum fajar), maka tidak ada puasa baginya." Riwayat Imam Lima. Tirmidzi dan Nasa'i lebih cenderung menilainya hadits mauquf. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menilainya shahih secara marfu'.
Menurut riwayat Daruquthni: "Tidak ada puasa bagi orang yang tidak meniatkan puasa wajib semenjak malam." (Hadits ke-490, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ibn Hajar Al-Atsqalani)

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa niat dilakukan pada malam hari Ramadhan. Malamnya berniat untuk puasa hari esoknya. Niat tempatnya di hati, tidak harus/disyaratkan untuk dilafalkan. Tidak harus mengatakan, “Nawaitu... untuk berpuasa pada hari ini dan itu di bulan Ramadhan.” Akan tetapi niat adalah maksud atau tujuan. Bangunnya Anda untuk melaksanakan sahur dianggap sudah berniat, demikian juga penjagaan Anda dari makanan dan minuman adalah berarti sudah berniat.

Syekh Taqiyyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Hishni dalam Kifayatul Akhyar menerangkan sebagai berikut.

ولا يصح الصوم إلا بالنية للخبر. ومحلها القلب, ولايشترط النطق بها بلا خلاف, وتجب النية لكل ليلة لان كل يوم عبادة مستقلة , ألا ترى أنه لا يفسد بقية الأيام بفساد يوم منه. فلو نوى الشهر كله, صح له اليوم الأول على المذهب.


Artinya, “Puasa tidak sah tanpa niat berdasarkan Khabar/hadits. Sedangkan tempat niat itu di hati, dan tidak disyaratkan diucapkan secara lisan tanpa perbedaan pendapat. Niat puasa wajib dilakukan setiap malam, karena setiap hari (dari puasa Ramadhan) merupakan ibadah yang berdiri sendiri. Anda perhatikan, bukankan puasa Ramadhan pada hari-hari yang lainnya tidak menjadi rusak semua hanya karena batal sehari saja? Maka kalau ada seseorang niat puasa sebulan penuh di awal Ramadhan, maka puasanya hanya sah di hari pertama saja. Demikian pendapat madzhab ini (Madzhab Syafi’i),” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar)

Jika fajar sudah terbit, dan seseorang belum meniatkan diri untuk berpuasa kecuali setelah terbit fajar, bagaimana status puasanya?

Wajib baginya meng-qadha puasa pada hari tersebut dimana ia berpuasa tanpa meniatkan diri untuk berpuasa. Dan niat puasa Ramadhan itu setiap hari. Karena puasa pada setiap harinya itu masing-masingnya adalah ibadah tersendiri yang membutuhkan niat sendiri. Maka hendaknya meniatkan diri untuk puasa setiap hari pada malamnya.

Adapun niat puasa sekaligus sebulan penuh adalah pandangan dari Madzhab Hanafi. Menurut Madzhab Hanafi, puasa seseorang dengan niat sebulan penuh di awal Ramadhan dinilai sah meskipun ia tidak menetapkan niat puasa setiap malam. Kendati demikian, mereka juga tetap menganjurkan orang yang telah melakukan niat puasa wajib sebulan penuh di awal Ramadhan untuk mengulang niat puasa di setiap malam Ramadhan.

Maka untuk kehati-hatian, niat puasa wajib Ramadhan kita lakukan setiap malam harinya. Hal ini sesuai dengan keterangan di atas. Agar kita lebih mantap dalam berpuasa dan tidak ragu-ragu, sah apa tidak puasa kita karena malamnya belum berniat. Berbeda halnya dengan puasa sunnah. Niat puasa sunnah tidak diharuskan dilakukan pada malam harinya. Ketika sudah masuk pagi hari kemudian tidak menjumpai minuman dan makanan di rumah, tiba-tiba terbersit keinginan untuk berpuasa, maka niat puasa boleh kita lakukan pada waktu tersebut. Selama muslim dari masuk subuh belum sedikitpun makan dan minum. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi berikut ini:

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( دَخَلَ عَلَيَّ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ. فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ?  قُلْنَا: لَا. قَالَ:  فَإِنِّي إِذًا صَائِمٌ  ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ, فَقُلْنَا: أُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ, فَقَالَ:  أَرِينِيهِ, فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا  فَأَكَلَ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ

'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Suatu hari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke rumahku, lalu beliau bertanya: "Apakah ada sesuatu padamu?" Aku menjawab: Tidak ada. Beliau bersabda: "Kalau begitu aku shaum." Pada hari lain beliau mendatangi kami dan kami katakan: Kami diberi hadiah makanan hais (terbuat dari kurma, samin, dan susu kering). Beliau bersabda: "Tunjukkan padaku, sungguh tadi pagi aku shaum." Lalu beliau makan. Riwayat Muslim. (Hadits ke-491, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Ibn Hajar Al-Atsqalani)

Wallahu a'lam bish-shawaab.
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga