Kisah Nyata, Anak Kecil yang Mengalahkan Ahli Sihir
Sekolahmuonline - Kisah Nyata, Anak Kecil yang Mengalahkan Ahli Sihir. Diantara film yang pernah viral dan ditonton banyak penggemar film barat adalah Harry Potter. Sebuah film yang berisikan konten sihir-menyihir. Terus adalagi muncul film Paranormal Activity. Yang rupanya film-film berisi kisah buatan tersebut sukses menarik minat penonton di seluruh penjuru dunia. Tapi tahukah anda, bahwa sebenarnya dulu pernah ada kisah nyata yang sangat menarik jima difilmkan. Kisah ini bukan bikinan sutradara dunia perfilman. Kisah yang benar-benar terjadi pada zaman sebelum zamannya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabat Nabi Radhiyallahu 'anhum. Sebuah kisah tentang perjalanan anak laki-laki (Ghulam) yang mengalami pertentanagan batin antara mempelajarai ilmu shihir atau ilmu din (ilmu agama). Seperti apa kisahnya? Berikut ini kisah lengkapnya sebagaimana dinukil oleh Imam An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin dari hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Dari Shuhaib Radhiyallahu 'anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir."
Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya sihir. Anak ini di tengah perjalanannya (untuk belajar sihir) apabila seseorang rahib (pendeta Nasrani) berjalan di situ, ia pun duduklah padanya (duduk di majelis ilmu rahib) dan mendengarkan ucapan-ucapan (ceramah) Rahib tersebut. Apabila ia telah datang di tempat penyihir - yakni setelah selesai dari pelajaran sihirnya, ia pun (pulang) melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ untuk mendengarkan ajaran-ajaran Tuhan yang disampaikan oleh si Rahib.
Selanjutnya apabila ia datang di tempat penyihir, ia pun dipukul oleh si Penyihir (kerana teambat datang). Hal yang demikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir."
Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang demikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itu pun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri dapat memakluminya. Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh teman duduk, sahabat karib Sang Raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada di sisimu ini akan menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku."
Anak itu menjawab: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau tuan mau beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia menyembuhkan tuan."
Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Kawannya itu lalu dihukum oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya. Anak itu pun dibawa ke hadapan raja. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu."
Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seorang pun, hanya Allah Ta'ala semata yang menyembuhkannya."
Anak itu pun dihukumnya, dan terus-menerus diberikan siksaan, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendeta pun dibawa ke hadapan Raja, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya dibawa pula ke hadapan Raja teman akrab raja dahulu yang sembuh dari butanya itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Ia pun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Kemudian didatangkan pulalah anak itu di hadapan raja. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." la pun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok pasukan raja lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah bersamanya ke gunung itu. Jikalau kalian semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya (mau meninggalkan agamanya dan mau menyembah raja) bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu."
Pasukannya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itu pun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja.
Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh pasukanku?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok pasukan raja yang lain dan berkatalah sang Raja: "Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang dan belayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu."
Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja.
Rajapun berkata: "Apakah yang dikerjakan oleh pasukan utusanku?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan mau melakukan apa yang ku perintahkan."
Raja bertanya: "Apakah itu?"
Si anak menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Anak itu menjawab: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau tuan mau beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia menyembuhkan tuan."
Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
Kawannya itu lalu dihukum oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya. Anak itu pun dibawa ke hadapan raja. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu."
Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seorang pun, hanya Allah Ta'ala semata yang menyembuhkannya."
Anak itu pun dihukumnya, dan terus-menerus diberikan siksaan, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendeta pun dibawa ke hadapan Raja, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya dibawa pula ke hadapan Raja teman akrab raja dahulu yang sembuh dari butanya itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Ia pun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Kemudian didatangkan pulalah anak itu di hadapan raja. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." la pun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok pasukan raja lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah bersamanya ke gunung itu. Jikalau kalian semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya (mau meninggalkan agamanya dan mau menyembah raja) bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu."
Pasukannya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itu pun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja.
Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh pasukanku?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok pasukan raja yang lain dan berkatalah sang Raja: "Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang dan belayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu."
Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja.
Rajapun berkata: "Apakah yang dikerjakan oleh pasukan utusanku?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan mau melakukan apa yang ku perintahkan."
Raja bertanya: "Apakah itu?"
Si anak menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini."
Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.
Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.
Orang-orang yang berkumpul di padang yang luas tersebut serentak berkata: "Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini."
Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman."
Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman."
Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah tanah - yang bertebing dua kanan-kiri - yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelah dan dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya (maksudnya tidak kembali lagi menyembah sang raja), maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan kepada mereka: "Supaya melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya."
Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya ibu berada di atas kebenaran." (terjemah hadits Riwayat Muslim).
Demikian kisah tentang anak kecil yang tadinya belajar sihir, kemudian disamping itu juga belajar ilmu din (agama). Dalam pertentangan batinnya, atas kehendak Allah ia memilih dan meyakini bahwa ilmu diin (ilmu agama) yang dipelajarinya adalah yang benar dan diridhai Allah. Semoga bermanfaat dan dapat kita ambil hikmahnya. Wallahu 'alam.
Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya ibu berada di atas kebenaran." (terjemah hadits Riwayat Muslim).
Demikian kisah tentang anak kecil yang tadinya belajar sihir, kemudian disamping itu juga belajar ilmu din (agama). Dalam pertentangan batinnya, atas kehendak Allah ia memilih dan meyakini bahwa ilmu diin (ilmu agama) yang dipelajarinya adalah yang benar dan diridhai Allah. Semoga bermanfaat dan dapat kita ambil hikmahnya. Wallahu 'alam.
Sumber: Riyadhus Shalihin