Syaja'ah (Akhlaq Kelas XI)

Syaja'ah (Akhlaq Kelas XI)

A. Pengertian Syaja'ah

Menurut bahasa Syaja'ah merupakan bahasa Arab yang berasal dari syaju'a-yasju'u-syaja'atan (شجع - يشجع - شجاعة) yang artinya berani. 

Lawan dari Syaja'ah adalah Al-Jubn (الجُبْن) yang berarti pengecut.

Sedangkan secara istilah pengertian Syaja'ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian, untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.

B. Dalil Naqli tentang Syaja'ah

Dalil naqli adalah dalil yang dinukil (diambil/bersumber) dari Al-Quran dan Al-Hadits (As-Sunnah). Banyak ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan untuk bersifat Syaja'ah. Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imron: 139

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imron 3: 139) 

C. Tanda-tanda Orang yang Memiliki Sifat Syaja'ah

Beberapa bentuk Syaja'ah yang disebutkan oleh Al-Quran:
1. Syaja'ah (berani) menghadapi musuh dalam peperangan (jihad fi sabilillah)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya telah memberikan contoh syaja'ah dalam jihad fi sabilillah. Diantaranya keberanian yang diperlihatkan ketika perang Badar. Dengan kekuatan 300 orang, mereka dengan ikhlas dan gagah berani menghadapi kekuatan kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat (kurang lebih 1000 orang). Dengan izin Allah, kaum muslimin memperoleh kemenangan gilang gemilang.
2. Syaja'ah (berani) menyatakan kebenaran (kalimatu al-Haq)
"Qulil haqqa walau kaana murran" (Katakanlah yang benar/haq, meskipun pahit (akibatnya)!. Kita harus sentiasa berani dalam mengatakan kebenaran, meskipun di hadapan penguasa zhalim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ 

"Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa yang zhalim" (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Dalam mengatakan kebenaran membutuhkan sikap amar ma'ruf nahyi munkar. Amar ma'ruf artinya perintah kepada kebaikan dan nahyi munkar artinya melarang/mencegah keburukan. (Amar ma'ruf nahyi munkar: memerintah kepada kebaikan dan mencegah/melarang berbuat keburukan)

Amar ma'ruf nahyi munkar merupakan cita-cita dan nilai luhur dari umat manusia. Apabila tidak ada amar ma'ruf nahyi munkar maka tidak akan ada ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Apabila tidak ada ketaatan kepada Allah T'ala maka azab Allah akan datang menghampiri. Jika tidak taat kepada Allah masih aman-aman saja tida ada adzab, maka mereka sedang diberi istidraj (dilulu). Diberikan kenikmatan, justru biar semakin jauh dari Allah.

3. Syaja'ah (berani) untuk mengendalikan diri ketika marah

Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim (Muttafaq 'alaih) diriwayatkan:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ». متفق عليه 

Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda: "Bukanlah yang dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu adalah orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah". (Muttafaq 'alaihi)

Sumber Sifat Syaja'ah

Ada tujuh faktor yang menyebabkan seseorang memiliki keberanian:
- Rasa takut kepada Allah
- Lebih mencintai akhirat daripada Dunia
- Tidak takut mati
- Tidak ragu-ragu
- Tidak menomorsatukan kekuatan materi
- Tawakkal dan yakin akan pertolongan Allah
- Hasil Pendidikan

Baca Juga: Contoh Soal Syaja'ah dan Jawabannya
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga