Menghiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji [Mujahadah An-Nafs, Husnudhan, dan Ukhuwwah] (Al-Quran dan Hadits Kelas 10 SMA/MA/SMK/MAK)

Menghiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji [Mujahadah An-Nafs, Husnudhan, dan Ukhuwwah] (Al-Quran dan Hadits Kelas 10 SMA/MA/SMK/MAK). Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini adalah materi Al-Quran dan Hadits Kelas X Bab 1 Menghiasi Diri dengan Akhlak Terpuji yang membahas tentang Mujahadah An-Nafs, Husnudhan, dan Ukhuwwah. Pembaca buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP Kelas 10) juga bisa mempelajari bab ini.


Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (akhaq kariimah/makarim al-akhlaq). Maka, sudah sepantasnya bagi seorang muslim atau muslimah untuk menghiasi dirinya dengan akhlak terpuji, akhlak yang baik, akhlak mulia. 

Diantara akhlak terpuji yang harus dimiliki seorang muslim atau muslimah adalah Mujahadah an-Nafs (مجاهدة النفس), Husnudhan (حسن الظن), dan ukhuwwah (أخوة).


1. Mujahadah an-Nafs, Husnudhan, dan ukhuwwah
a. Mujahadah an-Nafs (مجاهدة النفس)


Mujahadah an-Nafs terdiri dari dua kata Mujahadah dan An-nafs. Mujahadah artinya bersungguh-sungguh dan An-nafs artinya diri sendiri. Mujahadah An-nafs berarti bersungguh-sungguh dalam "menjadi" diri sendiri. Dengan ungkapan lain, Mujahadah An-nafs artinya bersungguh-sungguh dalam mengontrol diri sendiri. 

Jadi, Mujahadah An-nafs adalah sikap pengendalian diri agar terhindar dari hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.



Misalnya: mencuri. Perbuatan mencuri tentu akan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Jika tertangkap tentu akan merugikan dirinya, misal dengan dipenjara. Atau kalau sudah mencapai batas pencurian yang mengakibatkan hukum potong tangan, tentu akan merugikan dirinya dengan hilangnya tangan yang dimiliki. Sedang kerugian bagi orang lain, tentu saja orang tersebut akan merasa rugi akibat berkurang atau hilangnya barang yang dimiliki.

b. Husnudhan (حسن الظن)

Husnudhan berasal dari kata husnun (حسن) yang artinya baik dan ad-dhan (الظن) yang memiliki arti prasangka atau dugaan. Jadi husnudhan artinya prasangka baik/dugaan baik. Atau dengan bahasa lain disebut positive thinking.

Husnudhan terbagi tiga:
- Husnudhan kepada Allah
- Husnudhan kepada diri sendiri
- Husnudhan kepada orang lain

Orang muslim yang baik dan benar adalah yang selalu menjaga sikap Husnudhan atau baik sangka.

Lawan dari Husnudhan adalah suudhan (سوء الظن). Suu (سوء) artinya buruk. Jadi suudhan artinya buruk sangka atau negative thinking.

c. Ukhuwwah (أخوة)

Ukhuwwah artinya persaudaraan. Ukhuwwah atau persaudaraan ini terbagi menjadi dua:

- Ukhuwah Insaniyyah: 
Yaitu ukhuwah yang dilandasi atau diikat atas dasar kemanusiaan (sesama makhluk Allah Subhanahu wa ta'ala).

- Ukhuwwah Islamiyyah:

Yaitu ukhuwah yang diikat atas dasar agama Islam (sesama muslim). Atau dengan ungkapan lain: persaudaraan yang dilandasi Aqidah Islamiyyah.


2. Ayat Al-Quran dan Hadits tentang Mujahadah an-Nafs, Husnudhan, dan ukhuwwah

a. Ayat Al-Quran dan Hadits tentang Mujahadah an-Nafs

Dalil artinya petunjuk. Dalil ada yang sifatnya naqli dan ada yang aqli. Dalil naqli yaitu dalil yang dinukil atau diambil (bersumber) dari al-Quran dan Hadits. Contohnya: dalil naqli bahwa Allah Maha Esa, dalilnya adalah "Qul huwallahu ahad" (al-Ikhlas: 1).

Sedang dalil aqli adalah dalil atau petunjuk yang berasal dari proses hasil berfikir. Contohnya: adanya bumi, menunjukkan ada yg menciptakan. Adanya bumi menunjukkan akan adanya Sang Pencipta yaitu Allah ta'ala.

Ayat Al-Quran tentang Mujahadah an-Nafs

QS. Al-Anfal (8) ayat 72

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Anfal: 72)

Tajwid QS. Al-Anfal ayat 72

- Inna (إِنَّ): ghunnah
Ghunnah artinya berdengung. Apabila ada mim tasydid/syiddah () atau nun tasydid/syiddah (نَّ) dalam ilmu tajwid dinamakan ghunnah.

- Al-ladziina (الَّذِينَ): al-qamariyah atau idhar qamariyah
Bila ada lafal didahului al (alif lam) dan al-nya terbaca jelas maka disebut al-qmariyah atau idhar qamariyah. Contoh lainnya: al-Fatihah, al-Baqarah, Al-Fiil, Al-Ikhlash, dan Al-Falaq

Bila al-nya lebur alias tidak terbaca jelas maka disebut al-syamsiyah atau idgham syamsiyah. Idgham artinya memasukkan. Karena dimasukkan makanya menjadi tidak terbaca. Contoh: an-Nisa°, Asy-Syams, Adh-Dhuhaa, An-Naas.

Idgham Bighunnah:

Idgham artinya memasukkan
Bighunnah artinya dengan dengung

Apabila ada nun sukun/mati atau tanwin bertemu huruf yanmu (ي - ن - م - و) maka dalam istilah tajwid disebut idgham bighunnah

Idgham bilaaghunnah

Bilaaghunnah artinya dengan tanpa dengung

Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf lam dan ro (ل - ر) maka dalam istilah tajwid disebut idgham bilaaghunnah

Hukum mim sukun

Hukum mim sukun ada tiga, yaitu:
- mim sukun bertemu mim disebut idgham mimi/mitslain

- Mim sukun ketemu ba disebut ikhfa syafawi

- Mim sukun bertemu selain mim dan ba disebut idhar syafawi




- Hadits tentang Mujahadah an-Nafs


وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Artinya:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." (Muttafaq Alaihi)

b. Ayat Al-Quran dan Hadits tentang Husnudhan

Ayat Al-Quran tentang Husnudhan

- QS. Al-Hujurat ayat 12


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ



Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang".




- Hadits tentang Husnudhan

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:


ِإِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيْث


“jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim).

c. Ayat Al-Quran dan Hadits tentang Ukhuwwah

- Ayat Al-Quran tentang Ukhuwwah
QS. Al-Hujurat ayat 10


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

Hadits tentang Ukhuwwah

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya:
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [HR. Muslim No.4684]

Rangkuman



Contoh Soal Materi Menghiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji (Quran Hadits Kelas 10)


Jawablah soal-soal essay di atas dengan merujuk pada materi Menghiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji (Quran Hadits Kelas 10) yang sudah kalian baca dan kaji sebelumnya! Selamat mengerjakan dan tetap semangat belajar/mencari ilmu (thalabul 'ilmi).
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga