Pelajaran Kedua (Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan)
Pelajaran Kedua (Falsafah Ajaran K.H.
Ahmad Dahlan)
Kebanyakan diantara
manusia berwatak angkuh, dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri.
Keterangan :
Sebagaimana orang Yahudi yang menganggap bahwa dirinya akan bahagia, selain
orang Yahudi akan sengsara. Begitu juga orang Kristen menganggap bahwa hanya
golongannya yang akan bahagia mendapat surga, lainnya akan sengsara.
Begitulah anggapan
tiap – tiap golongan agama, sebagaimana golongan Majusi, Shabiah dan lain –
lainnya lagi. Mereka mempunyai anggapan sendiri bahwa hanya golongannya saja
yang akan selamat, lainnya sengsara. Golongan islam juga menetapkan demikian.
Hanya golongan islam yang selamat dari api neraka, selain golongan islam akan
sengsara.
Sekarang bagaimana
orang yang tidak beragama ?
Adapun golongan
mereka yang tidak berdasar agama ditetapkan oleh golongan-golongan beragama
baik golongan Islam, Yahudi, Kristen, Majusi ataupun golongan agama lain –
lainnya bahwa golongan yang tidak beragama itu semuanya akan celaka dan
sengsara.
Golongan yang tidak
beragama mempunyai anggapan bahwa manusia itu sesudah mati tidak akan celaka
dan tidak akan disiksa.
Disini teranglah
bahwa tiap-tiap golongan melemparkan kecelakaan kepada lainnya. Pernyataan
fatwa K.H. Ahmad Dahlan : “Manusia satu sama lain selalu melemparkan pisau
cukur, mempunyai anggapan pasti tepat dia melemparkan celaka kepada orang
lain”.
K.H. Ahmad Dahlan
heran, mengapa pemimpin – pemimpin agama dan tidak beragama selalu hanya
beranggap, mengambil keputusan sendiri tanpa mengadakan pertemuan antara
mereka, tidak mau bertukar fikiran memperbincangkan mana yang benar dan mana
yang salah? Hanya anggapan – anggapan, disepakatkan dengan isterinya,
disepakatkan dengan muridnya, disepakatkan dengan teman gurunya sendiri. Tentu
saja dibenarkan. Tetapi marilah mengadakan permusyawaratan dengan golongan lain
di luar golongan masing-masing untuk membicarakan manakah sesungguhnya yang
benar itu? Dan manakah sesungguhnya yang salah itu?
Keadan demikian itu
banyak terdapat dalam golongan satu macam agama,
menganggap salah terhadap sebagian golongan yang lain. Misalnya mereka yang
beragama Kristen Katholik menganggap salah terhadap mereka yang beragama
Kristen protestan. Sebaliknya yang beragama Kristen protestan menyalahkan
kepada mereka yang beragama Kristen Katholik.
Begitu juga dalam
kalangan ummat islam, mereka yang mengaku menjadi Ahlu Sunnah wal Jama’ah
menetapkan salah terhadap mereka yang didakwa termasuk golongan Mu’tazilah
demikian seterusnya.
Pendek kata tiap –
tiap golongan dari yang besar sampai yang kecil malah sampai kepada
perseorangan, mereka menganggap bahwa dirinya yang benar dan sudah benar,
kemudian menyalahkan kepada yang lainnya.
“Semua golongan bersukaria dengan barang yang ada dalam golongannya”
Mereka
merasa sudah benar tidak memerlukan lagi untuk mengetahui keadaan golongan
lain, tidak memerlukan bermusyawarah dengan golongan lain dan mengabaikan terhadap
hujjah atau alasan golongan lain. Sudah teguh pendiriannya sengaja tidak mau
membanding – banding atau menimbang.
Tetapi kenyataanya
satu sama lain selalu bertengkar, berselisih dan bermusuhan. Padahal sudah
menjadi kepastian bahwa barang yang diperselisihkan itu kalau sudah diselidiki,
tentu akan terdapat mana yang benar dan mana yang salah. Hanya satu yang benar
diantara yang banyak itu.
Tersebut dalam Al
Qur’an :
“Maka tidak ada sesudahnya yang benar, kecuali yang salah”
Apakah sebanyak
perselisihan itu benar semua? Hanya sekali hidup di dunia kalau sampai salah
akan celaka. Tetapi bagaimana pun mereka hanya selalu menganggap dirinya sudah
benar dan merasa dalam kebenaran dan hanya memutuskan sendirian, merasa sudah
memakai alasan yang syah tidak khawatir kalau salah. Hanya sekali hidup di bumi
untuk bertaruh.
K.H. Ahmad Dahlan
membacakan surat Al ‘araf : 90 :
“Tidaklah khawatir akan siksa Allah, kecuali mereka golongan yang
rugi”.
(Sumber,
Falsafah Ajaran K.H.
Ahmad Dahlan,
Oleh : K.R.H. Hadjid, Edisi Revisi th 2004)