Menggerakkan Seluruh Potensi Muhammadiyah

Menggerakkan Seluruh Potensi Muhammadiyah

Daya jelajah dan kiprah organisasi-organisasi Islam lain dalam kurun mutakhir di tanah air cukup pesat. Baik gerakan-gerakan Islam yang seangkatan dengan Muhammadiyah maupun yang lahir di era reformasi. Mereka menunjukkan gairah dan militansi yang luar biasa. Dalam bidang tertentu gerakan Islam tersebut ada yang lebih maju ketimbang Muhammadiyah.
KH. Haidar Nashir/Ketua Umum PP Muhammadiyah

Belum terbilang perkembangan baru dari gerakan-gerakan filantropi maupun aktivitas dakwah khusus yang cukup menonjol. Perhatikan beberapa perkembangan berikut ini. Gerakan Dompet Dhuafa, PKPU, Darul Qur’an, dan Majelis-majelis Taklim yang mengambil segmen kelompok menengah ke atas yang cukup menjamur di kota-kota besar. Bagaimana Muhammadiyah menghadapi perkembangan baru yang penuh tantangan tersebut?

Dinamika Baru

Nahdlatul Ulama yang dulu basis gerakannya hanya pesantren, kini merambah ke pendidikan umum dan kesehatan. Menurut pengakuan Katua Umum PBNU, sepuluh universitas sedang diurus idzinnya, lima di antaranya sudah berdiri. Beberapa rumash sakit bahkan sudah berdiri cukup baik seperti di Tuban dan Jombang. Sejumlah kader dikirim ke luar negeri untuk mengimbangi perkembangan baru tersebut dari segi sumberdaya manusia.

Membangun perguruan tinggi dan rumah sakit tentu tidak bisa simsalabim. Semuanya memerlukan proses panjang. Mereka tentu tidak akan sertamerta meraih kemajuan dan kesuksesan seketika. Tapi sekali memulai, siapapun akan memetik buahnya. Muhammadiyah juga dulu memulai dari nol, namun lama kelamaan tumbuh kembang seperti sekarang ini. Siapa yang sungguh-sungguh akam mendapatkan jalan. Man jadda wajada .

Dalam bidang pemikiran, khusus anak-anak mudanya, NU juga berkembang pesat. Di antara mereka bahkan masuk dan menjadi penggerak Jaringan Islam Liberal, yang basis pemikiran Islam klasik dan kontemporernya sangat menonjol, lepas dari kecenderungannya yang sekuler-liberal. Boleh jadi di Muhammadiyah muncul pemikiran-pemikiran sebaliknya yang cenderung konservatif karena takut menjadi sekuler-liberal seperti mereka, padahal semestinya  orang-orang Muhammadiyah berpikiran maju sebagaimana paham Islam yang berkemajuan yang pasti tidak sama dengan pemikiran sekuler-liberal.

Elite NU juga merambah ke berbagai sektor lain. Di eksekutif, legislatif, dan yudikatif mereka banyak yang memiliki posisi penting. Dua kementerian penting, yakni Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kini dipegang kader NU. Suatu pekembangan yang luar biasa, yang mereka anggap belum pernah dialami sebelumnya. Pengaruhnya tentu saja besar dalam pengembangan program pendidikan, bahkan bersifat ganda karena menyangkut kepentingan pendidikan agama dan pendidikan umum.

Gerakan Islam yang bercorak pemurnian diniyah yang sangat militan ditunjukkan oleh harakah-harakah Salafi. Dengan pemahaman agama yang sangat literal gerakan ini merambah di berbagai lingkungan jamaah Islam di kota maupun desa. Termasuk di linkungan Muhammadiyah hingga ke Ranting-Ranting. Mereka menguasai pengajian-pengajian takhasus dengan rujukan-rujukan kitab klasik yang kuat. Tidak kecuali gerakan-gerakan serupa seperti Majelis Tafsir Al-Qur’an dan lain-lain. Semua gerakan ini memberi dorongan dan corak tersendiri dalam kehidupan umat Islam di negeri ini.

Mobilisasi Gerakan

Muhammadiyah tentu memandang positif adanya gerakan-gerakan Islam yang bermaksud memperkokoh keyakinan, pemahaman, dan pengamalan Islam sejauh benar-benar merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah al-Makbulah disertai pengembangan ijtihad yang dibolehkan Islam. Demikian pula Muhammadiyah mengapresiasi atas gerakan-gerakan Islam yang gigih memajukan kehidupan umat Islam menuju peradaban yang jaya di berbagai bidang kehidupan.

Muhammadiyah bahkan mengajak agar gerakan-gerakan Islam satu sama lain saling bertasamuh (toleran), berukhuwah (mengikat persaudaraan), dan berta’awun (bekerjasama) sesuai dengan bidang garap yang dikembangkan masing-masing sehingga memperkokoh kekuatan umat Islam. Sebaliknya menghindari saling mengintervensi, merasa benar sendiri, dan tidak saling berebut lahan umat di lingkungan sendiri yang menyebabkan perpecahan dan saling menjatuhkan. Insya Allah Islam dan umat Islam akan maju dalam keragaman.

Bagi Muhammadiyah sendiri secara internal dituntut untuk bermuhasabah, bagaimana mengintrospeksi diri. Dibandingkan dengan gerakan-gerakan lain yang maju, militan, dan progresif bagaimana Muhammadiyah berkiprah lebih unggul di seluruh struktur dan lini organisasi? Apakah Muhammadiyah dengan Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, dan amal usahanya hanya rutin dan berjalan di tempat? Atau malah mengalami stagnasi, tidak aktif, dan
wujudhu kaadamihi. Semoga tidak seperti itu.

Alhamdulillah di beberapa amal usaha dan kegiatan Muhammadiyah terdapat sejumlah kemajuan dan melakukan terobosan yang menggembirakan. Paling mennjol dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Beberapa Cabang dan Ranting pun mennjukkan geliat yang membanggakan. Hal itu tentu berkat kepemimpinannya yang progresif, inovatif, dan solid.

Namun diakui dalam sejumlah lain terdapat gejala yang cenderung statis dan mengalami kemunduran atau ketertinggalan. Kegiatan Persyarikatan di suatu tempat sepi, baru aktif kalau ada momentum tertentu. Pengajian-pengajian selain berjalan apa adanya, di sejumlah tempat ada yang mati. Bahkan sebagian kantor kosong dan rapat Muhammadiyah tidak berjalan rutin. Militansi para anggota, kader, dan pimpinannya pun melemah karena berbagai sebab.

Muhammadiyah wajib berfastafiqul-khairat. Di tengah pusaran gerakan-gerakan lain yang militan, maju, dan progresif maka mau tidak mau Muhammadiyah dengan seluruh komponen atau potensinya harus mengkonsolidasikan diri secara masif dan optimal. Segenap Pimpinan Persyarikatan, Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usha dari Pusat hingga Ranting harus mengerahkan segala kemampuan dan ikhtiar agar aktivitas Muhammadiyah bergerak dinamis, inovatif, dan progresif.

Mampukah Muhammadiyah memobolisasi seluruh potensinya? Insya Allah mampu. Kunci utamanya terletak pada daya pikir, azimah, militansi, dan progresivitas para pimpinannya di seluruh tingkatan. Jika tidak, maka jangankan bersaing dengan gerakan lain, hanya untuk bertahan hidup pun sungguh perlu perjuangan keras. Karenanya, mari bangkit menggerakkan seluruh potensi Muhammadiyah. Bukankah Muhammadiyah telah berazam kuat untuk melintasi zaman di abad kedua.


[Menggerakkan Seluruh Potensi Muhammadiyah Oleh Haedar Nashir/Suaramuhammadiyah]
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga