Marhaban Yaa Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan

Dalam pengajian Songsong Ramadhan 1439 H yang diisi oleh Prof. DR. Yunahar Ilyas, Lc, MA, beliau mengatakan masyarakat lazim mengucapkan selamat datang Ramadhan, marhaban ya Ramadhan . Sementara itu, menurutnya, tidak tepat mengatakan ahlan wa sahlan ya Ramadhan, karena dari segi ilmu lughah, dipakai untuk menerima tamu di mana orang Arab mengatakan kepada tamu yang datang ke rumahnya ‘wahai tamuku sekarang Anda sudah menjadi anggota keluarga kami, oleh sebab itu segala sesuatu menjadi mudah’. “Kalimat panjang begitu diringkas menjadi dua kata saja ‘ahlan wa sahlan’, ahlan artinya keluarga, sahlan artinya mudah” ungkapnya.
Ia menerangkan ucapan selamat datang Ramadhan ditujukan karena banyaknya manfaat yang bisa diambil dari bulan Ramadhan.

Yunahar merinci, bulan Ramadhan dijuluki syahru siyam (bulan puasa), syahru qiyam (bulan mendirikan sholat malam), syahru qur’an (bulan turunnya al-qur’an pertama kali), syahru jihad (terjadinya perang badar), syahru dzikir (bulan untuk banyak berzikir), syahru shodaqoh (bulan kita banyak bersedekah), juga syahru du’a (bulan kita banyak berdo’a) dan masih banyak lagi.

Yunahar menyampaikan rukun puasa ada dua, yang pertama yaitu niat dan yang kedua imsak. Menurutnya, niat itu di dalam hati, artinya niat adalah kesadaran kita untuk melakukan sesuatu. “Rukun yang kedua imsak, menahan diri untuk tidak makan, minum, dan melakukan hubungan suami istri dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Yunahar, tidak cukup puasa hanya menahan lapar, haus, tetapi menahan juga perbuatan-perbuatan yang bisa mengurangi pahala puasa, misalnya berdusta, bergunjing, tidak menepati janji, perbuatan buruk seperti itu bisa mengurangi nilai puasa. “Nabi mengatakan kam min shoimin (betapa orang puasa), laisa lahu min shiyamihi (dia tidak mendapat apa-apa dari puasanya itu), illal ju’u wal ‘athosy (kecuali rasa lapar dan haus),” tuturnya.

Kemudian, Guru Besar Ulumul Qur’an UMY itu juga mengingatkan untuk memburu yang sunnah dalam puasa untuk tambahan pahala, misalnya dari makan sahur, Nabi mengatakan sedapat mungkin makan sahur walaupun hanya dengan sebiji kurma. Menurutnya, sahur itu dilambatkan, takhiru sahur , maksudnya setelah selesai makan sahur tidak menunggu lama datangnya waktu shubuh. “Buka juga begitu, dianjurkan segera berbuka (takjil), maksudnya begitu datang waktu maghrib segera berbuka,” tambahnya.

Pada tahun ini, sambung Yunahar, baik puasa maupun idul fitri antara Muhammadiyah, NU dan Kementrian Agama akan sama. Karena waktu awal Ramadhan ini bulan masih di bawah ufuk 2 derajat di bawah sehingga hilal belum wujud dan Syawal nanti bulan sudah berada 7 derajat di atas ufuk. “Jadi antara Muhammadiyah, NU, pemerintah dan lain-lain insyaAllah awal Ramadhan dan Syawalan sama,” pungkasnya.(suaramuhammadiyah.id)
Mei Inarti
Mei Inarti Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga